Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baru Menikah Tak Sabar Ingin Momongan, Yakin?

30 Mei 2022   00:51 Diperbarui: 30 Mei 2022   08:01 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya keuangan, setelah menikah dan punya anak harus bijak mengelola waktu. Di masa lajang bisa melakukan banyak aktivitas sesuai selera, me time istilahnya. Saat punya anak, apalagi jika diasuh sendiri, kita hampir tidak ada waktu untuk me time.

Waktu yang ada habis untuk pekerjaan, tugas rumah tangga dan mengasuh anak. Apalagi pas istri atau anak sakit. Repotnya berlipat!

Beberapa temanku mengungkapkan, sebagai pribadi (menjadi orang tua sekalipun) tetap butuh me time. Aku paham, me time ini menjadi recharge agar mood dan semangat terus terisi. Namun, saat anak masih nol tahun, boro-boro mau me time. Jam tidur pun kurang, bro!

Jika punya momongan, harus siap kehilangan me time. Waktu harus bijak dikelola agar tugas dalam pekerjaan dan rumah tangga tetap selesai, anak juga diasuh dengan penuh kasih.

Baca juga: Mengapa Kami Mengasuh Sendiri Anak Kami

3) Mengelola pikiran dan perasaan

Manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Seiring bertambahnya peran seseorang, makin banyak beban menimpa pikiran dan perasaan. Misalnya, jika ada masalah dengan teman kantor, anak-istri di rumah ikut kena. Sebaliknya, jika sedang berantem dengan istri, tugas di kantor bisa berantakan.

Itulah sebabnya, sejak sebelum punya momongan harus bijaksana mengelola pikiran dan perasaan. Jangan suka mencampuraduk semua hal. Jangan sampai orang lain terkena imbas dari ketidakmampuan kita mengelola diri.

4) Menghilangkan rasa jijik

Menjelang pernikahan, ibuku pernah berpesan, "Nanti kamu akan bertanggung jawab pada istri dan anak. Harus telaten dan sabar." Hanya itu bekal yang diberikan, tak ada kursus apa pun.

Awalnya, menggendong bayi yang baru lahir aku takut. Nanti kalau salah memegang atau jatuh bagaimana? Lalu, bagaimana cara memandikan, mengganti popok, melihat dan menghirup aroma pup...? Tidak, aku tidak akan sanggup...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun