Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Deddy Corbuzier Undang Pasangan Gay, Ini 3 Akibatnya

11 Mei 2022   08:19 Diperbarui: 11 Mei 2022   08:44 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dedy nampak bahagia mengundang pasangan gay pada podcastnya | foto: IG/ragilmahardika via indozone.id

Mulanya aku terkesan dengan seorang Deddy Corbuzier, mantan pesulap yang banting stir jadi Youtuber. Dan kebetulan, sukses. Kesuksesan Deddy bukan kaleng-kaleng. Ia bisa mengundang tokoh kenegaraan sekelas menteri seperti Nadiem Makarim, Sri Mulyani, Prabowo hingga Luhut Binsar Pandjaitan.

Dari para tamu kenegaraan ini penonton mendapat informasi yang bermanfaat. Namun, pada Minggu (8/5/2022) Deddy mengundang pasangan gay Ragil dan Frederik pada podcast-nya. Hal ini justru menjadi batu sandungan bagi Deddy.

Sejak zaman perjanjian lama perilaku LGBT memang sudah muncul. Yaitu pada kisah Lot di tengah-tengah masyarakat Sodom dan Gomora yang suka melakukan penyimpangan seksual (sesama jenis). Perilaku ini jelas dosa. Allah menciptakan laki-laki untuk membangun keturunan dengan wanita dan mendapat tugas untuk mengelola alam semesta ciptaan Tuhan.

Penyimpangan seksual tidak pernah ada dalam agenda Allah menciptakan bumi dan isinya. Perilaku ini semata-mata berasal dari pikiran manusia yang menjijikkan, bebal, bobrok dan tidak berakal. Sama artinya melawan Allah. Merusak tatanan indah yang Allah tetapkan.

Eks-dosenku punya analogi menarik untuk menolak perilaku LGBT. Magnet adalah salah satu jenis batuan alami yang mempunyai dua kutub, Utara (U) dan Selatan (S). Jika dua magnet dengan kutub tidak sejenis (U-S) didekatkan akan saling tarik-menarik. Sebaliknya, jika kutubnya sejenis (U-U atau S-S) akan tolak-menolak. Batuan saja "patuh" pada hukum alam, manusia justru menentangnya.

Kembali pada podcast Deddy. Gegara tayangan video pasangan LGBT, ini tiga akibatnya.

1) Dikecam netizen 

Deddy menjilat ludahnya sendiri, sebab dulunya menentang LGBT, kini justru menghadirkan kontennya. Netizen menilai Deddy hanya mencari keuntungan dari konten ini (dan pastinya konten-konten lain). Konten demi cuan. Uang memang tuan yang buruk.

Judul podcast-nya pun terkesan mempromosikan LGBT. "Tutorial jadi gay di Indo..." Di menit ke dua, Deddy bertanya pada Ragil "Can you make me gay?" Nah, pembaca bisa tahu ya aslinya Deddy. Otak lu masih di tempat, Ded? Akibat pertama dari podcast-nya, Deddy dikecam netizen dengan seruan unsubscribe Deddy Corbuzier hingga trending di Twitter. #UnsubscribePodcastCorbuzier

Selama ini Deddy mengklaim kontennya diperuntukkan smart people. Kini, people yang beneran smart bakal unsubscribe Youtubenya meskipun Deddy sudah menghapus video kontoversial tersebut. Padahal, jejak digital hampir mustahil dihilangkan. Buktinya, video lengkap Deddy diunggah ulang channel REL OFFICIAL.

2) Subsciber anjlok

Info dari temanku ahli IT, jika Youtuber punya subscriber dan jam tayang video dalam jumlah tertentu akan mendapat "surat cinta" dari Youtube agar konten videonya bisa dimonetisasi. Dengan popularitas dan produktivitasnya Deddy berhasil menggaet jutaan subscriber. Pendapatannya pasti besar. Belum brand yang dipajang di meja podcast-nya.

Namun, akibat unggahan kontroversial tentang LGBT, subscriber Deddy anjlok. Ia kehilangan 8 juta subscriber, dan mungkin akan terus berkurang. (Syukurlah 8 juta manusia ini masih jalan akal sehatnya.) Mau balik jadi pesulap, Ded?

Setelah dihujat netizen, Deddy pun minta maaf. Deddy menjelaskan, tidak mendukung LGBT. Dia mengaku hanya ingin membuka fakta bahwa kaum LGBT memang ada di sekitar kita. Tanpa ditayangkan di podcast masyarakat juga sudah tahu, keleus!

3) Meracuni generasi muda

Jika akibat podcast Deddy hanya dirasakan dirinya sendiri tak masalah. Itu risiko dan konsekuensinya. Masalahnya, akibat negatifnya juga dialami orang lain yang menonton, termasuk anak muda.

Perilaku LGBT seperti ditayangkan dalam podcast Deddy bertentangan dengan hukum dan ajaran agama di Indonesia. Konten video semacam ini dikhawatirkan meracuni generasi milenial yang rapuh dan mudah terombang-ambing. Apalagi jika tidak mendapat cukup bekal ajaran agama dan perhatian orang tua.

Generasi milenial (Gen Z) dikenal sebagai generasi pragmatis, berpikiran pendek, mudah tertantang dan menyukai sesuatu yang beda dan baru. Bisa saja mereka berpikir, perilaku LGBT sebagai sesuatu yang beda, lalu latah diikuti tanpa memikirkan dampaknya ke depan. Jika begitu, mau jadi apa bangsa ini?

Ini menjadi PR bersama, orang tua, pendidik bahkan setiap kita yang gemar menonton Youtube serta konten-konten di media sosial. Harus lebih selektif menonton video, pilih hanya yang mendidik dan bermanfaat serta tidak bertentangan dengan hukum dan ajaran agama.

Penutup

Aku tidak pernah subscribe Youtube Deddy Corbuzier. Beberapa kali nonton podcast-nya yang bermanfaat pernah. Namun, setelah ini tak minat lagi menonton video Deddy. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun