Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ujian Membuat SIM di Indonesia: Ini Uji Kompetensi atau Atraksi?

26 April 2022   09:58 Diperbarui: 26 April 2022   10:44 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Anda, apakah semua petugas polisi, khususnya di Poltas, melewati ujian praktik ini demi mendapat SIM? Aku rasa tidak. Beda kelas dengan rakyat jelata. Itulah aku sebut hanya polisi khusus yang bisa lulus.

Orang awam, apalagi emak-emak tidak masuk hitungan. Kalau pun ada yang bisa lulus, hitungan jari. Tak mau repot. O, tentu saja ada satu lagi yang bisa lulus, yakni Valentino Rossi yang telah pensiun dari tarik gas.

Menggiring psikis supaya "nembak"

Kalau diringkas, ujian praktik membuat SIM ini MEREPOTKAN. Memangnya tidak ada hal lain yang perlu dikerjakan? Hanya orang kurang kerjaan yang mau ikut ujian sesuai prosedur.

Supaya tidak repot, jalan yang bisa ditempuh adalah "nembak". Aku tidak tahu apakah "nembak" ini masuk kategori kolusi. Yang jelas, hingga sekarang masih ada. Selain itu bisa juga memakai jasa makelar.

Salah seorang temanku (dan dijalani orang kebanyakan) menempuh jalur makelar. Temanku ini sudah niat ingin ikut ujian. Begitu turun dari mobil, dia langsung "ditempel" orang, menawarinya jasa "pasti beres". Syaratnya gampang, cukup memberikan sejumlah uang.

Temanku tetap masuk ke ruang foto dan ruang ujian teori. Di dalam ruang ujian, polisinya menyuruh temanku segera ke loket depan, SIM akan segera dicetak. Tidak mengerjakan tes? Tidak. Peserta lain akan melihat temanku ini seolah-olah mengerjakan tes. Menggiurkan?

Jika sudah ikut ujian berkali-kali tapi tak kunjung lulus, daripada frustasi, psikisnya akan digiring agar "nembak". Daripada kena tilang di jalan, makin repot. Tapi ada juga kelompok kecil manusia yang harus menjalani tes selama setahun baru lulus. Seperti dijalani seorang temanku. Jadi tiap bulan ujian praktik, wkwk.

Penutup

Istri mengikuti prosedur pembuatan SIM C bukannya tanpa kerjaan. Mengurus si bayi, perihal rumah tangga yang tiada habisnya. Lalu kenapa merepotkan diri? Kami hanya berusaha patuh, tidak takut tes, tidak takut gagal, toh biayanya gratis.

Menurutku, materi ujian praktik tidak relevan dengan kondisi di lapangan. Jadi sudah seharusnya dilakukan berbagai inovasi. --KRAISWAN  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun