Bayangkan, orang di depan anda tidak melakukan apa-apa, tiada berkeringat; tapi aroma tubuhnya menyengat bak berhari-hari tak mandi. Kenapa tidak memakai parfum saja?
***
Setiap kita melakukan aktivitas, pasti berkeringat. Keringat dalam jumlah banyak maupun sedikit tetap mengganggu. Sedang aktivitas padat, tidak selalu memberi kesempatan untuk segera mandi. Akibatnya badan menjadi bau. Kalau badan bau, pasti mengganggu hidung orang lain. (Sering, pemilik keringat tak sadar kenikmatan aromanya)
Beberapa tips untuk mengurangi bau akibat keringat yakni memakai deodoran, dan praktisnya semprotkan parfum. Makin tinggi status sosial seseorang, biasanya parfumnya makin mahal. Sebab kelompok ini bertemu dengan banyak orang penting. Tak enak kalau badannya bau.
Tapi parfum mahal tak harus beraroma menyengat toh? Lalu, apa gunanya memakai parfum selain mengalihkan aroma tak sedap pada tubuh?
Bagi sebagian orang, khususnya pria, parfum menjadi salah satu bagian fashion yang membuat penampilan lebih elegan dan berkelas. Bagi sebagian lagi, wangi parfum membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman karena membawa efek relaksasi.
Ada beberapa jenis aroma parfum, misalnya amber, floral, tobacco, honey dan woody. Namun, lebih penting adalah parfum yang dipilih cocok dengan aroma tubuh kita. Sebab, jika aroma parfum tidak berpadu dengan aroma asli tubuh kita, justru membuat pusing orang-orang di sekitar kita.
Aku bertemu beberapa orang yang mengenakan parfum dengan aroma "menusuk" hidung. Apakah mereka tahu memilih parfum, atau asal pokoknya wangi?
Yang petama guru fisika SMP-ku dulu. Perempuan, berbadan tegap, rambutnya lurus perawatan salon, bicaranya nge-bass. Dan, yang mencolok, terkenang sampai sekarang adalah parfumnya beraroma melati. Ibaratnya, dari jarak 10 meter pun kami tahu ibu guru itu datang hanya dari parfumnya.
Ibu guru itu ketus, dan agak galak. Mungkin parfum melatinya untuk mengintimidasi kami para murid agar tidak sembrono saat di kelas.
Orang kedua adalah galon-man (pengantar galon). Sekitar dua bulanan ini kami berlangganan air galon isi ulang. Selain kualitas airnya baik, harganya terjangkau, bisa diantar; kami dibuat mengernyitkan dahi. Mas-mas pengantar galon ke rumah kami memakai parfum! Swer??? Antar galon pun pakai parfum.
"Karena angkat-junjung galon, supaya meminimalkan bau keringat kali...", istriku menjelaskan. Masuk akal sih. Itu bagian dari pelayanan yang baik. Meski hanya mengantar galon, penampilan rapi dan wangi adalah keharusan. Pelanggan senang, rezeki datang.
Berikutnya aku kenal seseorang yang cukup giat memakai parfum. Ia bukan pegawai kantor, bukan pejabat pemerintahan, bukan juga pemain film, juga bukan orang kaya kalengan. Melainkan hanya manusia biasa sama sepertiku. Namun aroma parfumnya menyengat, menghambur ke seluruh ruangan jika aku berpapasan dengannya.
Tidak ada yang salah memakai parfum. Toh wanginya menyenangkan hidung orang. Masalahnya, jika tahu tabiatnya di balik layar yang jarang cuci tangan dan aroma sepatu dan pakaiannya yang ehem! nampak bahwa parfumnya adalah kamuflase belaka. Dipilih parfum yang aromanya menyengat, supaya aroma tak sedap lain disamarkan.
Aku pun memakai parfum. Yang banyak diiklankan di tipi, harganya empat puluh ribuan. Selama memakai tidak ada reaksi pusing dari orang sekitarku, berarti aman.
Sebagai seorang guru pria, apalagi masih muda, aku harus menjaga penampilan. Tak hanya dari potongan rambut, kumis dan jenggot yang rutin dirapikan (tapi kan pakai masker, jek!). Tapi di badan yang berpotensi mengeluarkan aroma tak sedap, aku semprotkan parfum.
Kulit tangan dan kakiku gampang berkeringat, apalagi di bagian ketiak. Supaya tidak mengganggu saat beraktivitas, semprotan parfum di sisi kiri dan kanan cukup menolong. Setidaknya menambah sedikit kepercayaan diri. Padahal aslinya ya untuk menutup kekurangan diri. Tapi percayalah, aku rutin mandi dua kali sehari kok!
Bagaimana dengan anda? Adakah pemakai parfum juga? Pakai parfum untuk menambah kepercayaan atau menutup kekurangan? --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H