Ibu guru itu ketus, dan agak galak. Mungkin parfum melatinya untuk mengintimidasi kami para murid agar tidak sembrono saat di kelas.
Orang kedua adalah galon-man (pengantar galon). Sekitar dua bulanan ini kami berlangganan air galon isi ulang. Selain kualitas airnya baik, harganya terjangkau, bisa diantar; kami dibuat mengernyitkan dahi. Mas-mas pengantar galon ke rumah kami memakai parfum! Swer??? Antar galon pun pakai parfum.
"Karena angkat-junjung galon, supaya meminimalkan bau keringat kali...", istriku menjelaskan. Masuk akal sih. Itu bagian dari pelayanan yang baik. Meski hanya mengantar galon, penampilan rapi dan wangi adalah keharusan. Pelanggan senang, rezeki datang.
Berikutnya aku kenal seseorang yang cukup giat memakai parfum. Ia bukan pegawai kantor, bukan pejabat pemerintahan, bukan juga pemain film, juga bukan orang kaya kalengan. Melainkan hanya manusia biasa sama sepertiku. Namun aroma parfumnya menyengat, menghambur ke seluruh ruangan jika aku berpapasan dengannya.
Tidak ada yang salah memakai parfum. Toh wanginya menyenangkan hidung orang. Masalahnya, jika tahu tabiatnya di balik layar yang jarang cuci tangan dan aroma sepatu dan pakaiannya yang ehem! nampak bahwa parfumnya adalah kamuflase belaka. Dipilih parfum yang aromanya menyengat, supaya aroma tak sedap lain disamarkan.
Aku pun memakai parfum. Yang banyak diiklankan di tipi, harganya empat puluh ribuan. Selama memakai tidak ada reaksi pusing dari orang sekitarku, berarti aman.
Sebagai seorang guru pria, apalagi masih muda, aku harus menjaga penampilan. Tak hanya dari potongan rambut, kumis dan jenggot yang rutin dirapikan (tapi kan pakai masker, jek!). Tapi di badan yang berpotensi mengeluarkan aroma tak sedap, aku semprotkan parfum.
Kulit tangan dan kakiku gampang berkeringat, apalagi di bagian ketiak. Supaya tidak mengganggu saat beraktivitas, semprotan parfum di sisi kiri dan kanan cukup menolong. Setidaknya menambah sedikit kepercayaan diri. Padahal aslinya ya untuk menutup kekurangan diri. Tapi percayalah, aku rutin mandi dua kali sehari kok!
Bagaimana dengan anda? Adakah pemakai parfum juga? Pakai parfum untuk menambah kepercayaan atau menutup kekurangan? --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H