Siapa yang tidak sebal jika sedang melakukan kegiatan penting di luar ruangan, tapi turun hujan. Apalagi dalam ajang balap kelas dunia MotoGP yang digelar di Indonesia tepatnya di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Para pembalap sudah diundang presiden ke istana negara, telah konvoi menyapa warga di jalanan Jakarta. Para penonton sudah beli tiket, datang jauh-jauh ke Mandalika untuk menyaksikan keseruan aksi balap. Para reporter siap membidikkan kamera dengan angle terbaik. Ajang balap yang sedianya digelar Hari Minggu (20/3/2022) pukul 15.00 WITA itu harus tertunda gegara hujan.
Sedia pawang hujan sebelum balapan
Dengan cuaca global yang tidak menentu saat ini, panitia pasti sudah mengantisipasi jika turun hujan. Menteri BUMN Erick Thohir merekomendasikan Rara sebagai tim doa pawang hujan di Mandalika. Penunjukkan Rara bukan tanpa alasan. Sebab, dia sering mengawal event Presiden Jokowi dan event kenegaraan lain. Jam terbangnya tinggi.
Aksi Rara di pinggiran sirkuit ini sontak mendapat pro dan kontra dari netizen Indonesia. Ini menarik karena ulasannya sampai ke mancanegara. Menurut Rhenal Kasali dalam akun Youtube pribadinya, kita memasuki era baru the Dream Society di mana story lebih penting daripada produk.
Sebagian besar kita terlalu fokus pada story yang beredar di media massa, tentang kejanggalan aksi Rara. Bukan pada usahanya untuk menghentikan hujan supaya ajang balapan bisa dilanjutkan.
Mulanya aku pun menjadi anggota kontra akan aksi Rara. Otomatis mencibir dan menertawakan hanya karena tidak betulan paham. Namun setelah membaca dan mempelajari, pikiranku diubahkan.
Memodifikasi cuaca dengan kekuatan doa
Rara berujar, apa yang dilakukannya adalah memodifikasi cuaca dengan kekuatan doa. Ritual yang dilakukannya memang janggal bagi kebanyakan orang. Membawa mangkuk emas berisi kemenyan, membawa dupa, berjalan di aspal tanpa alas kaki.
Dan yang paling nyentrik, menggosok-gosok mangkuk (singing bowl) dengan pemukul sambil berteriak melantunkan doa. Selang sekitar 5 menit hujan pun berhenti. Rara berhasil.
Rara mengungkapkan, caranya mengusir hujan yakni melalui perantara getaran suara dari mangkok emasnya. Getaran suaranya sampai ke hati, telinga bahkan sampai ke alam lain. Langit mendung pun bergeser mengikuti langkah kaki dan suara yang dihasilkan mangkuk yang dibawanya.
Pawang hujan di zaman kuno
Di dalam Alkitab Perjanjian Lama, masa dua ribuan tahun lalu, ada seorang yang sanggup menghentikan dan mendatangkan hujan. Gelar orang tersebut adalah nabi, namanya Elia.
"Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." Si nabi ini menahan hujan agar tidak turun selama tiga setengah tahun. Sampai suatu hari ia berdoa di puncak gunung dengan membungkuk ke tanah. Ia memohon kepada Allah agar hujan turun. Akhirnya awan menjadi gelap, dan turunlah hujan yang lebat.
Netizen harus berterima kasih pada Rara
Yang namanya ajang internasional, pasti melibatkan banyak pihak. Dari panitia lokal, pemerintah hingga penyelenggara MotoGP. Maka, para pembalap juga layak berterima kasih pada Rara, atas jasanya menghentikan hujan. Sehingga mereka tidak harus pulang awal sebab batal balapan gegara hujan.
Para netizen budiman, yang keterampilannya nyinyir seperti saya juga harus bertobat. Aksi Rara memberi manfaat, ajang balap tetap terlaksana. Salah satu pembalap Yamaha Fabio Ouartararo juga bernada mengejek aksi Rara. Melalui video tik-tok @elmarquez_, Fabio menggosok-gosok mangkok kertas dengan sendok kayu. Sayang, mangkoknya jatuh. Mungkin dia sudah janjian dengan netizen +62.
Meski begitu, tak sedikit yang memuji Rara. Menteri BUMN Erick Thohir dengan bangga menyebut aksi Rara sebagai kearifan lokal. CumadiIndonesia. Pembalap Suzuki Ecstar Alex Rins menganggap Rara berhasil menghentikan hujan. Mulanya Rins pesimis karena hujan deras yang tak kunjung berhenti. Aksi Rara juga dipuji oleh akun resmi MotoGP melalui twitter. "THANK YOU for stopping the rain! #IndonesianGP"
Beragam kepercayaan, tapi tetap menjaga persatuan
Rara Istiani Wulandari diketahui penganut Kejawen, berdarah Jawa dan tinggal di Bali. Ia sudah belajar menjadi pawang sejak kecil, dimulai dari pagelaran wayang di kampung-kampung. Rara mengakui, ritualnya menghentikan hujan melibatkan makhluk halus dari alam lain. Ia menekankan, yang membantunya bukan jin, melainkan roh leluhur (kalau di Bali dewa-dewi).
Rara terbiasa melakukan meditasi sebelum menjalankan ritualnya. Sehingga langit berada di bawah kendalinya. Atas izin Tuhan, langit adalah miliknya. Di langit itu ada teman-temannya, para pekerja, pembalap, dan pemerintah. Ibaratnya, langit adalah AC raksasa, Rara-lah yang memegang remote-nya.
Ada orang tertentu yang memang mendapat karunia untuk menahan dan mengadakan hujan seperti Elia. Itu keyakinanku. Rara juga punya keyakinan dalam memanipulasi cuaca di Mandalika. Dia memakai sesajen, es batu, kemenyan, dupa hingga singing bowl.
Pembaca dan netizen sekalian barangkali punya keyakinan yang berlainan. Tak apa. Itulah indahnya keberagaman. Biarkan berbeda, tapi tak usah saling mengejek apalagi menghakimi. Mari memaknai setiap fenomena di alam semesta ini sesuai keyakinan masing-masing. Biarkan keberagaman merajut harmoni. --KRAISWAN
Referensi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H