Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perjalanan Domestik Tak Wajib Tes Covid-19, Siap Menyambut Endemi

15 Maret 2022   17:03 Diperbarui: 15 Maret 2022   17:44 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan domestik tak lagi wajib tes Covid-19 | foto: alinea.id, kompas.com, olah gambar: KRAISWAN

Ke mana uang tertimbun selama pandemi?

Di awal pandemi, perjalanan antarpulau pertama yang aku lakukan di tahun 2020. Demi melangsungkan pernikahan di Medan. Banyak kekhawatiran menghantui, sebab aku mengajak bapak ibu, sedang ancaman Covid-19 di mana-mana. Waktu pernikahan sudah kami siapkan dan doakan jauh hari, masa iya ditunda sampai selesai pandemi yang entah kapan?

Melakukan perjalanan jauh di situasi pandemi berarti siap menjalani banyak kesulitan. Yang utama biaya tiket pesawat, sewa mobil, makan di perjalanan dan tentu saja biaya tes antigen pergi-pulang. Berikutnya, bagaimana kalau sampai (amit-amit) bapak, ibuku atau aku terpapar lalu harus dikarantina. Bagaimana nasib pernikahanku?

Syukurnya, Tuhan memberkati setiap rencana kami. Dalam perjalanan pergi-pulang, selama acara, sampai liburan singkat di sekitar kampung istri di daerah Danau Toba semuanya dilancarkan. Dalam setiap tes Covid-19, hasilnya negatif.

Hari-hari setelah menikah, meski tidak melakukan perjalanan antarpulau, dengan kasus Covid-19 yang kian merebak aku tetap harus melakukan tes. Dalam kurun waktu dua tahun, dua kali aku terkonfirmasi Covid-19. Mantab toh? Syukurnya tidak ada gejala berat yang mengharuskan opname. Tapi biaya untuk tes, isolasi, dll juga lumayan.

Mau bagaimana, itulah perjuangan kita di era pandemi. Syukurnya kini pemerintah telah menghapus syarat tes Covid-19 untuk perjalanan domestik. Menko Maves, Luhut Binsar Pandjaitan berujar, ketentuan baru ini berlaku bagi perjalanan darat, laut dan udara. Demikian penjelasan Luhut dalam jumpa pers via Youtube 7/3/2022. Sebagai gantinya, pelaku perjalanan harus sudah divaksin dosis kedua dan menunjukkan sertifikatnya.

Aturan ini diberlakukan setelah penanganan pandemi di Indonesia terus membaik. Kasus Covid-19 telah melandai. Berdasarkan data yang dievaluasi, ujar Luhut, tren kasus harian nasional menurun sangat signifikan. Rawat inap di rumah sakit mengalami penurunan. Demikian pula kasus kematian akibat Covid-19.

"Jadi kita, kekhawatiran kita tidak ada berlebihan. Kalau memang dia (masyarakat) sudah divaksin, sudah dua kali, sudah booster, tidak ada komorbid, ya jalan-jalan aja...", tutur Luhut dikutip dari cnnindonesia. Nah tuh, yang sudah kebelet mau jalan-jalan, yang ngebet cuti demi bisa liburan; ini waktunya "membayar utang".

Baca juga: Tuhan, Kenapa Aku Positif Lagi?

Meski ada pelonggaran, beberapa pihak mengkhawatirkan langkah pemerintah. Sebab Covid-19 varian Omicron masih mengancam kita. Biasalah, kebijakan yang dibuat pemerintah, sebagus apa pun, selalu ada pihak yang kontra.

Anggota Komisi X DPR RI sekaligus penyanyi Krisdayanti (KD) berpendapat, kebijakan ini harusnya diterapkan jika vaksinasi booster sudah mencapai minimal 90%. Berbeda dengan KD, menurut Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus kebijakan ini akan mempercepat proses vaksinasi nasional. Penghapusan syarat antigen dan PCR bakal menambah semangat masyarakat untuk melengkapi vaksinasi. (Semoga ya, Pak!)

Senada dengan Guspardi, Anggota Komisi V DPR, Irwan, menilai kebijakan ini kabar baik karena terlepas dari protokol kesehatan, pelaksanaan antigen dan PCR menyengsarakan masyarakat. Kebijakan ini tentu mendorong masyarakat makin patuh dan berinisiatif untuk menyukseskan vaksinasi yang masih rendah capaiannya.

Mengutip data dari kemenkes.go.id, per 14/3/2022 pukul 18.00, capaian vaksinasi dosis 1 92.95%, dosis 2 72.84%, dan dosis 3 7.07%. Itu belum terhitung warga yang belum tercatat seperti saya.

Pendapat kontra juga datang dari epidemiolog Dicky Budiman, yang menyayangkan penghapusan tes antigen dan PCR sebagai syarat perjalanan domestik. Bagi Dicky, tes ibarat mata terhadap virus. Tanpa tes, kita buta, tak tahu di mana virus dan ke mana arahnya.

Lanjut Dicky, testing bisa saja dihilangkan sebagai syarat perjalanan. Namun polanya perlu diubah menjadi target oriented atau surveilans di suatu wilayah tertentu. Vaksinasi tidak bisa menggantikan testing karena keberadaan virus Corona masih menyebar luas. Kombinasi vaksinasi dan testing Covid-19 menjadi penentu suatu negara dapat mengendalikan pandemi.

Bagiku, kebijakan pemerintah ini bisa berarti tiga makna yang bermanfaat bagi kebanyakan kita.

Menyambut endemi, Covid-19 diperlakukan flu biasa

Hampir seminggu (yakni 9/3/2022) setelah aku dan teman-temanku pulih pasca terpapar Covid-19, kini satu lagi temanku yang terpapar. Gejalanya sama, tenggorokan gatal batuk dan flu. Gejala ini termasuk ringan.

Tetanggaku, yang kapan lalu mengantar paket makanan sewaktu kami isoman mengalami kondisi serupa. Seminggu sebelumnya, ia juga sakit tenggorokan dan flu. Bapak-bapak di lingkungan RT-ku yang suka nongki di pos ronda juga mengalami sakit bergilir. Hari ini si A sakit. Besoknya sembuh, gantian si B, si C dan seterusnya. "Ini kalau semua dites, (kasus) Omicronnya banyak!", seru salah seorang tetangga.

Barangkali, inilah era peralihan dari pandemi menjadi endemi. Vaksinasi dosis kedua 72.84%, secara bergantian banyak orang yang tertular namun cepat sembuh. Makin lama, kita akan menganggap Covid-19 sebagai flu biasa. Selamat menyambut endemi!

Kita berharap pelan tapi pasti kondisi bangsa kita makin membaik. Jika aktivitas di berbagai bidang bisa berjalan normal, berharap perekonomian Indonesia bakal bertumbuh, setidaknya stabil. Berharap orang yang terkena PHK bisa kembali mendapat pekerjaan dan lebih sejahtera.

Lebih hemat

Ke mana uang tertimbun selama pandemi? Pernahkah anda memikirkan ini?

Selama pandemi kita harus melakukan banyak protokol kesehatan. Itu semua memerlukan biaya. Membeli masker, hand sanitizer, tes Covid-19, membeli obat-vitamin, menyewa kamar isolasi dan banyak kebutuhan lainnya. Ke tempat-tempat itulah uang kita terserap.

Kini, dengan dihapusnya kebijakan tes Covid-19 bakal lebih hemat. Tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk tes. Tapi... kok ya malah uangnya ganti terserap ke minyak goreng yak?

Akhirnya mudik!

Sekitar tiga minggu lagi umat Muslim bakal menjalankan ibadah puasa, lalu merayakan lebaran. Lebaran identik dengan mudik, kesempatan mengunjungi keluarga tercinta di kampung halaman. Selama dua tahun para pekerja rantau dilarang mudik demi mencegah penularan Covid-19.

Kini dengan kebijakan penghapusan tes Covid-19, mudik pun bukan lagi angan. Ya iya dong, jalan-jalan saja dilonggarkan, masa mudik ketemu keluarga yang hanya setahun sekali tidak?

Selain tiga hal di atas, aku optimis akan banyak kebaikan dan manfaat yang kita bisa nikmati dan bagikan kepada sesama. Meski begitu, harus tetap menjalankan protokol kesehatan ya gais! Tuntaskan vaksinasi yuk! Salam sehat! --KRAISWAN 

Referensi: satu, dua, tiga, empat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun