Meski ada pelonggaran, beberapa pihak mengkhawatirkan langkah pemerintah. Sebab Covid-19 varian Omicron masih mengancam kita. Biasalah, kebijakan yang dibuat pemerintah, sebagus apa pun, selalu ada pihak yang kontra.
Anggota Komisi X DPR RI sekaligus penyanyi Krisdayanti (KD) berpendapat, kebijakan ini harusnya diterapkan jika vaksinasi booster sudah mencapai minimal 90%. Berbeda dengan KD, menurut Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus kebijakan ini akan mempercepat proses vaksinasi nasional. Penghapusan syarat antigen dan PCR bakal menambah semangat masyarakat untuk melengkapi vaksinasi. (Semoga ya, Pak!)
Senada dengan Guspardi, Anggota Komisi V DPR, Irwan, menilai kebijakan ini kabar baik karena terlepas dari protokol kesehatan, pelaksanaan antigen dan PCR menyengsarakan masyarakat. Kebijakan ini tentu mendorong masyarakat makin patuh dan berinisiatif untuk menyukseskan vaksinasi yang masih rendah capaiannya.
Mengutip data dari kemenkes.go.id, per 14/3/2022 pukul 18.00, capaian vaksinasi dosis 1 92.95%, dosis 2 72.84%, dan dosis 3 7.07%. Itu belum terhitung warga yang belum tercatat seperti saya.
Pendapat kontra juga datang dari epidemiolog Dicky Budiman, yang menyayangkan penghapusan tes antigen dan PCR sebagai syarat perjalanan domestik. Bagi Dicky, tes ibarat mata terhadap virus. Tanpa tes, kita buta, tak tahu di mana virus dan ke mana arahnya.
Lanjut Dicky, testing bisa saja dihilangkan sebagai syarat perjalanan. Namun polanya perlu diubah menjadi target oriented atau surveilans di suatu wilayah tertentu. Vaksinasi tidak bisa menggantikan testing karena keberadaan virus Corona masih menyebar luas. Kombinasi vaksinasi dan testing Covid-19 menjadi penentu suatu negara dapat mengendalikan pandemi.
Bagiku, kebijakan pemerintah ini bisa berarti tiga makna yang bermanfaat bagi kebanyakan kita.
Menyambut endemi, Covid-19 diperlakukan flu biasa
Hampir seminggu (yakni 9/3/2022) setelah aku dan teman-temanku pulih pasca terpapar Covid-19, kini satu lagi temanku yang terpapar. Gejalanya sama, tenggorokan gatal batuk dan flu. Gejala ini termasuk ringan.
Tetanggaku, yang kapan lalu mengantar paket makanan sewaktu kami isoman mengalami kondisi serupa. Seminggu sebelumnya, ia juga sakit tenggorokan dan flu. Bapak-bapak di lingkungan RT-ku yang suka nongki di pos ronda juga mengalami sakit bergilir. Hari ini si A sakit. Besoknya sembuh, gantian si B, si C dan seterusnya. "Ini kalau semua dites, (kasus) Omicronnya banyak!", seru salah seorang tetangga.
Barangkali, inilah era peralihan dari pandemi menjadi endemi. Vaksinasi dosis kedua 72.84%, secara bergantian banyak orang yang tertular namun cepat sembuh. Makin lama, kita akan menganggap Covid-19 sebagai flu biasa. Selamat menyambut endemi!