Legenda umum menyebutkan, tanggal 14 Februari pada abad ke-3 Masehi, seorang pria bernama Valentine dieksekusi oleh Kaisar Romawi Claudius II. Claudius tidak mengizinkan pria menikah, karena baginya lebih baik prajurit tidak menikah/ melajang. Valentine dieksekusi mati usai dipenjara karena membantu penganiayaan orang Kristen dan menikahkan para pasangan secara diam-diam. Selama dipenjara, Valentine mencoba mengubah keyakinan Claudius mengikuti keyakinannya, tapi Claudius justru marah dan meminta Valentine menyangkal imannya. Valentine menolak, akibatnya ia dipenggal.
Gereja Katolik menyatakan Valentine sebagai orang suci dan mendaftarkannya sebagai martir pada 14 Februari. Berkat reputasi Santo Valentine, pada akhir abad ke-5 Masehi, Paus Gelasius menghapus perayaan pagan Lupercalia dan menetapkan 14 Februari sebagai hari peringatan bagi kematian Santo Valentine.
Beberapa pakar injil modern mengingatkan agar orang-orang tidak merayakan hari Valentine yang dianggap berasal dari ritual pagan yang mengerikan.
***
Aku dan kawan-kawan sekitarku tidak merayakan Valentine. Berbeda dengan masa-masa kasmaran, valentine terasa perlu dirayakan. Sekedar memberi cokelat atau bunga pada orang yang ditaksir gitu. Itu cara umum orang memahami simbol kasih sayang.
Momen Valentine di Sekolahku
Di sekolahku, beberapa murid memberi cokelat pada guru atau wali kelasnya. Itu tentu baik, sebagai simbol kasih sayang mereka kepada gurunya. Belajar berbagi sejak dini.
Aku dibuat kagum oleh beberapa rekan perempuan. Meski mereka sendiri belum menikah, mereka menyatakan kasih melalui cokelat dan snack. Bukan hanya kepada satu-dua orang, tapi kepada semua rekan di kantor. Khususnya waka kurikulum kami. Di bungkusnya diberi tulisan pada kertas berwarna berisi pesan dan kata-kata motivasi serta nama setiap kami. Bagiku, ini adalah bentuk perhatian yang tulus dan pantas menjadi teladan.
Aku, meski tak romantis, merasa perlu menyatakan kasih kepada istri. Setiap hari pun harus menyatakan kasih, sesuai komitmen saat pernikahan. Kan tidak lucu kalau banyak cokelat yang aku dapat dari rekan kerja dan murid aku berikan pada istriku, tidak modal.
Sepulang kantor, aku mampir ke pasar bunga. Aku mencari pedagang yang punya buket mawar. "Mas, mawarnya berapa?" Setelah disebutkan harganya, "Satu, Mas. Dibungkus plastik bening ya, Mas!" Ini beli cuma satu, minta plastik pula, susah! Begitu mungkin kata masnya.