Dua hari lalu dunia mengenang sebagai perayaan Hari Valentine. Hari yang menjadi bagian kebahagiaan bagi kaum muda---yang berpasangan dan/ kasmaran. Sekaligus menjadi hari "kelam" bagi mereka yang jomlo. Sebabnya, besar kemungkinan tidak ada orang spesial yang memberi mereka cokelat, bunga, kado, atau simbol apa pun yang menggambarkan kasih sayang.
Benarkah begitu?
***
Ada suatu perayaan berdarah yang dipenuhi kekerasan, penyimpangan seksualitas, perjodohan dan hewan kurban. Perayaan yang aneh dan bertentangan dengan etika-moral itu adalah festival Lupercalia. Hari Valentine, yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari diyakini sebagai cabang festival ini.
Dari banyak sejarah valentine yang kompleks, melansir NPR, sejarah valentine justru jauh dari simbol cinta dan kasih. Asal-usulnya berasal dari sebuah festival berdarah dan mengerikan, Lupercalia.
Melansir History, Lupercalia adalah festival pagan kuno yang diadakan tiap tahun di Roma tanggal 15 Februari. Valentine dipercaya sebagai cabang dari festival Lupercalia. Tujuan festival ini untuk menangkal roh jahat dan menolak ketidaksuburan, dirayakan pada abad 6 SM.
Diwartakan NPR, para pria mengorbankan kambing dan anjing, lalu mencambuk para wanita dengan kulit binatang itu yang baru saja disembelih. Sejarawan Noel Lenski (University of Colorado) mengatakan orang-orang yang merayakan Lupercalia dalam kondisi mabuk dan telanjang.
Mengapa festival Lupercalia begitu mengerikan dan brutal? Hal ini bisa dipahami dari legenda tentang asal-usul festival tersebut. Raja kuno Amulius memerintahkan dua keponakan kembar lelakinya, Romulus dan Remus ditenggelamkan ke Sungai Tiber, pembalasan atas sumpah selibat yang dilanggar ibu mereka.
Namun, kedua saudara itu dirawat seekor serigala betina di sarangnya, di dasar Bukit Palatine, tempat Kota Roma didirikan. Kedua saudara itu lalu diadopsi seorang penggembala dan istrinya. Singkat cerita, mereka berhasil tumbuh besar dan membunuh raja sekaligus paman yang menginginkan kematian mereka.
Romulus dan Remus memberi nama goa tempat mereka dirawat serigala dengan nama Lupercal. Penamaan ini untuk menghormati serigala yang menyelamatkan mereka dan dewa kesuburan Romawi Lupercus.
Legenda umum menyebutkan, tanggal 14 Februari pada abad ke-3 Masehi, seorang pria bernama Valentine dieksekusi oleh Kaisar Romawi Claudius II. Claudius tidak mengizinkan pria menikah, karena baginya lebih baik prajurit tidak menikah/ melajang. Valentine dieksekusi mati usai dipenjara karena membantu penganiayaan orang Kristen dan menikahkan para pasangan secara diam-diam. Selama dipenjara, Valentine mencoba mengubah keyakinan Claudius mengikuti keyakinannya, tapi Claudius justru marah dan meminta Valentine menyangkal imannya. Valentine menolak, akibatnya ia dipenggal.
Gereja Katolik menyatakan Valentine sebagai orang suci dan mendaftarkannya sebagai martir pada 14 Februari. Berkat reputasi Santo Valentine, pada akhir abad ke-5 Masehi, Paus Gelasius menghapus perayaan pagan Lupercalia dan menetapkan 14 Februari sebagai hari peringatan bagi kematian Santo Valentine.
Beberapa pakar injil modern mengingatkan agar orang-orang tidak merayakan hari Valentine yang dianggap berasal dari ritual pagan yang mengerikan.
***
Aku dan kawan-kawan sekitarku tidak merayakan Valentine. Berbeda dengan masa-masa kasmaran, valentine terasa perlu dirayakan. Sekedar memberi cokelat atau bunga pada orang yang ditaksir gitu. Itu cara umum orang memahami simbol kasih sayang.
Momen Valentine di Sekolahku
Di sekolahku, beberapa murid memberi cokelat pada guru atau wali kelasnya. Itu tentu baik, sebagai simbol kasih sayang mereka kepada gurunya. Belajar berbagi sejak dini.
Aku dibuat kagum oleh beberapa rekan perempuan. Meski mereka sendiri belum menikah, mereka menyatakan kasih melalui cokelat dan snack. Bukan hanya kepada satu-dua orang, tapi kepada semua rekan di kantor. Khususnya waka kurikulum kami. Di bungkusnya diberi tulisan pada kertas berwarna berisi pesan dan kata-kata motivasi serta nama setiap kami. Bagiku, ini adalah bentuk perhatian yang tulus dan pantas menjadi teladan.

Aku, meski tak romantis, merasa perlu menyatakan kasih kepada istri. Setiap hari pun harus menyatakan kasih, sesuai komitmen saat pernikahan. Kan tidak lucu kalau banyak cokelat yang aku dapat dari rekan kerja dan murid aku berikan pada istriku, tidak modal.
Sepulang kantor, aku mampir ke pasar bunga. Aku mencari pedagang yang punya buket mawar. "Mas, mawarnya berapa?" Setelah disebutkan harganya, "Satu, Mas. Dibungkus plastik bening ya, Mas!" Ini beli cuma satu, minta plastik pula, susah! Begitu mungkin kata masnya.
Tiba di rumah, istriku sedang menyiapkan makan siang. Aku dekap dia dari belakang dan memberi setangkai mawar merah. "Kita tidak merayakan valentine, tapi I love you!" Heyahh...
Anda tidak mendapat cokelat atau bunga? Jangan berkecil hati. Percayalah, kasih sayang tidak sesempit cokelat yang menyebabkan sakit gigi dan gemuk, atau mawar yang layu dalam tiga hari. Dalam Alkitab dinyatakan kasih yang sejati.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Yohanes 3:16. Maukah anda menyambut kasih yang kekal ini? --KRAISWAN
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI