Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Guru Swasta, Mutasi Dokumen, dan Dana Cadangan

9 Februari 2022   12:52 Diperbarui: 10 Februari 2022   06:00 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sana hanya mengisi formulir sesuai data dari Samsat. Total biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 250.000,00. Wah murah kok ternyata, kenapa bapakku enggan mengurus mutasi? Tapi...

Biaya itu baru untuk mengurus mutasi keluar dari Kabupaten Semarang. Aku masih harus mengurus mutasi masuk di Samsat kota tujuan, yakni Salatiga. Dana kami sudah nol waktu itu. Aku takut kalau ternyata masih harus membayar administrasi lagi.

Lalu, dananya dari mana?

Aku terpaksa meminjam uang bisnis istri buat berjaga-jaga. Dan betul saja, berkas dari Poltas Ungaran aku masukkan ke Samsat Salatiga. 

Aku diminta mengisi formulir, gratis, lalu diarahkan ke Poltas bagian BPKB. Di sini biaya administrasinya Rp 225.000,00. Masih cukuplah uang pinjaman dari istri.

Lalu aku diarahkan kembali ke Samsat, loket 1. Setelah berkas dikumpulkan, aku menunggu dipanggil.  Sekitar 20 menit kemudian, namaku dipanggil ke loket 2, bagian pembayaran. 

"Rp 380.000,00, Pak!" Ujar petugas. Mateng! Seketika aku jadi panas-dingin. Dari mana uang untuk membayar, sedang dompet dan ATM sudah "kering".

Pentingnya memiliki dana cadangan

Banyak teori ekonomi yang menyebutkan, keuangan keluarga yang sehat adalah memiliki 1,5 kali dari jumlah kebutuhan. Adapula yang menyebut, minimal 9 kali dari jumlah kebutuhan. Aku? Masa bodoh dengan teori. Bisa "bernafas" hingga bulan berikutnya tanpa utang sudah syukur.

Aku pencari nafkah utama. Istri usaha kecil-kecilan di rumah. Kami punya anak bayi, dan menaungi satu adik usia kuliah. Banyak yang heran, "Masih bisa hidup, Pak?" Buktinya, sampai sekarang tak ada kejadian beli obat maag.

Baca juga: Sesusah-susahnya Hidup, Paling Enak tanpa Utang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun