Dalam hal perizinan, di sekolahku juga lumayan ketat. Tidak seperti di sekolah negeri yang kalau gurunya ada kepentingan, kelas diberi tugas seadanya. Lebih parah dibiarkan kosong. Hal ini pantang di sekolah kami. Jika mau izin untuk suatu keperluan, harus berkomunikasi dengan wakasek jauh hari agar bisa disiapkan pengganti.
Administrasi seperti RPP, summary, dan slides PPT juga harus siap dan lengkap. Demi memudahkan teman guru yang akan menggantikan untuk mengajar.Â
Di sini, kami merasa kuk sebagai guru memang berat. Jika bukan untuk hal yang sangat penting, aku meminimalkan untuk izin.Â
Syukurnya, dalam masa ini masih PTM Terbatas, aku punya cukup banyak waktu longgar, sehingga mudah untuk izin.
Terpaksa melakukan mutasi dokumen
Dalam pengalaman bapakku, jika dia membeli kendaraan bekas, dia takkan memutasi dokumen atas namanya. MAHAL. Selain bukan urgensi, tidak ada posnya. Biayanya bisa dipakai untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Awal bulan Januari aku izin untuk mengurus pajak ke Samsat daerah Ungaran. Aku tidak menjelaskan alurnya detil, karena tiap daerah bisa berbeda.Â
Pada dasarnya, harus mengisi formulir, membayar administrasi, dan menggesek nomor mesin. Siapkan pecahan Rp 5.000,00 atau Rp 10.000,00. Ongkos gesek.
Aku harus melakukan mutasi BPKB karena ada perubahan domisili. Ini pun diarahkan langsung, bukan ditawarkan.Â
Setelah mengantri di loket selama tiga jam lebih dan membayar, aku diarahkan ke Poltas bagian BPKB.Â