(sebelumnya)... Beda zaman, lain pula tantangannya. Dari 7.000 jenis rempah yang ada, sejauh ini baru dimanfaatkan 4%. Kondisi memprihatinkan, jika tidak mau dikatakan kemunduran.
Bagaimana harus melanjutkan perjuangan?
Mengembalikan kejayaan rempah adalah bentuk perjuangan masa kini. Sebagaimana bangsa-bangsa Eropa di masa lampau ditantang mengarungi samudera dengan resiko nyawa melayang demi mendapat rempah dari sumbernya; kita sebagai ahli waris rempah juga punya tantangan tak kalah besar.
Tantangan itu yakni mendobrak pola pikir lama, membangun kesadaran baru bahwa rempah-rempah, warisan kekayaan negeri harus dilestarikan. Di sinilah pentingnya peranan ABCG, yakni Academic, Bussiness, Community, Government. Semua pihak harus gotong-royong mengambil bagian. Berikut ini beberapa upaya yang bisa ditempuh.
1) Budaya mengonsumsi rempah
Sejak ribuan tahun sebelum masehi, Bangsa Mesir kuno memakai rempah-rempah untuk mengawetkan jasad Firaun (proses mumifikasi). Bentuk penghormatan pada raja yang agung. Kebudayaan serupa dilakukan oleh Bangsa Yahudi, Roma dan Itali. Bagaimana dengan kita?
Tradisi minum jamu telah dilakukan nenek moyang kita sejak 1300 M---dua abad sebelum kedatangan bangsa Eropa---sebagai minuman kesehatan, untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bahan dasarnya tentu saja dari rempah-rempah asli Nusantara seperti kunyit, temulawak, lengkuas, jahe, kencur dan kayu manis.
Konon, rahasia kesehatan dan kesaktian para pendekar dan petinggi-petinggi kerajaan Nusantara berasal dari latihan dan kebiasaan mengonsumsi ramuan herbal. Oleh sebab itu, minuman khas Indonesia ini harus menjadi kebanggaan kita seperti halnya Ayurveda dari India dan Zhongyi dari Cina.
Sadar atau tidak, dalam keseharian kita sudah mengonsumsi rempah-rempah melalui makanan. Soto, opor, rendang, rawon maupun masakan lainnya. Aku dan istri pun tidak dapat lepas darinya. Dalam keseharian, istri pasti memasak dengan bahan rempah-rempah. Salah satunya, ikan arsik, makanan khas Batak. Untuk satu jenis masakan saja, diperlukan setidaknya tiga belas jenis rempah Indonesia.
Selain masakan berbahan rempah-rempah, kami terbiasa mengonsumsi berbagai minuman rempah. Seperti wedang jahe+sereh, kunyit asam, beras kencur dan temulawak.
2) Pola hidup sehat dengan produk rempah
Kesehatan itu mahal harganya. Untuk apa punya banyak uang, lalu karena gaya hidup keliru justru menimbulkan penyakit dalam tubuh. Kebanyakan kita, khususnya generasi milenial, telah 'diracuni' dengan makanan cepat saji, minuman bersoda maupun bubble tea yang minim manfaat bagi kesehatan. Enaknya sesaat di mulut, berikutnya jadi sumber penyakit.
Padahal ada harga yang jauh lebih terjangkau untuk 'membeli' kesehatan. Pola hidup sehat kuncinya, salah satunya dengan mengonsumsi olahan rempah. Presiden Jokowi telah memberi teladan. Dengan kesibukan beliau, dari rapat di istana negara sampai kunjungan ke daerah-daerah badannya tetap bugar. Apa rahasianya? Minum jamu. Setiap pagi Jokowi mengonsumsi campuran temulawak, jahe dan kunyit. Ia konsisten mengonsumsi jamu sejak 17-18 tahun lalu hingga sekarang.
Saya enggan ketinggalan. Istri saya produsen minuman rempah. Akibatnya, saya pun 'terpaksa', ketularan gemar mengonsumsi produk rempah, padahal dulunya tidak suka. Istri saya produsen minuman rempah siap minum, memproduksi dua minggu sekali. Saya sudah mencicip semua jenis minuman rempah olahannya: jahe-sereh, kunyit asam, temulawak, beras kencur, dan wedang ambyang. Semuanya enak, dan tentu menyehatkan badan.
Kami terbiasa membagikan gratis minuman rempah kepada orang-orang di sekitar. Tetangga, rekan kerja, kurir, satpam, petugas kebersihan, tukang becak bahkan tukang parkir. Motivasi utamanya mengenalkan produk olahan rempah kepada sebanyak mungkin orang. "Merempahkan" masyarakat.
Untuk kebutuhan harian, kami menanam kunyit, temulawak, jahe, sereh dan lengkuas di sepetak kebun orang tua. Di secuil halaman rumah kami juga menanam umbi rempah-rempah di dalam polibek maupun pot. Ini kiat sederhana kami untuk bersahabat dengan rempah.
Baca juga: Rempah dan Peran Kita Merevitalisasi Warisan Kekayaan Bangsa (Bagian 1)
3) Terus berinovasi
Jika kesadaran sudah terbentuk, pola hidup sehat telah dimiliki, berikutnya adalah mengembangkan menjadi peluang bisnis. Beberapa langkah ini bisa dipersiapkan dalam membangun usaha rempah.
1) Mengenali selera yang diterima masyarakat secara umum,
2) Menetapkan target konsumen untuk menyesuaikan rasa dan varian produk, serta
3) Menaikkan nilai pada suatu produk.
Kehadiran media sosial dan layanan video streaming seperti Youtube, tayangan di TV tentang kompetisi memasak bisa menjadi peluang mengekspos kekayaan rempah Nusantara. Semua bisa ambil bagian untuk menggarap dan melakukan inovasi pada rempah-rempah.
Beberapa daerah terkenal dengan minuman rempah. Wedang uwuh di Jawa Tengah, bir pletok berbahan utama jahe di Jakarta-Betawi, dan yang tak kalah khas yakni beras kencur dan temulawak di kalangan masyarakat Jawa. Anda juga bisa mandi dengan air hangat dengan menambahkan campuran sereh, kayu manis, cengkeh dan rempah lainnya. Mandi dengan ramuan rempah diyakini mengurani kelelahan dan stres, melancarkan peredaran darah dan membersihkan kulit.
Jamu, sebagai salah satu olahan rempah mendapat stigma sebagai minuman pahit, tidak enak dan pasti enggan dikonsumsi. Istri saya melakukan inovasi rempah. Kerinduannya adalah mematahkan stigma negatif tentang jamu. Ia ingin masyarakat sadar bahwa jamu juga bisa dinikmati dengan varian rasa yang enak, bisa diterima semua kalangan dan usia. Minuman siap minum tadi diantaranya.
Inovasi lain terhadap rempah yakni metode pengemasan yang lebih praktis seperti ekstraksi, pengeringan, pengkristalan, penepungan dan kemasan kantong celup, serta simplisia untuk produk jamu kemasan. Ini yang dimaksud menambah nilai pada rempah, bukan menjual mentah kepada negara lain. Perlu terus dikembangkan inovasi-inovasi yang lain agar produk rempah Indonesia terjangkau, praktis, mudah dikirim dan menarik masyarakat.
Inovasi juga bisa dilakukan dengan mengembangkan e-commerce seperti dilakukan India. Mereka memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan perdagangan di tengah pandemi melalui situs seperti amazon.in, IndiaMart.com, tradeindia.com, india.alibaba.com, dan olx.in. Adakah kita mengambil langkah untuk menyejajari, bahkan mengungguli India dalam memanfaatkan teknologi digital khususnya untuk mengembangkan perdagangan rempah?
...bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H