Panaskan minyak dalam wajan, celupkan daun ke dalam adonan tepung---jangan terlalu tebal. Jika minyak sudah panas, masukkan daun yang sudah 'diselimuti' ke dalam wajan, satu-persatu. Yakin satu-satu? Lama dong? Itulah tantangannya. Harus sabar, supaya hasilnya elok. Tidak kempel/ keriput, atau terlipat.
Waktu lebaran, keripik pegagan menjadi salah satu pengisi toples yang menghiasi meja. Datanglah kerabat bersilaturahmi, dan mencicip. Menurutnya, keripik itu enak. Ditambah dorongan dari pacar supaya mengemasnya dan dijual. Nah dari situlah muncul peluang bisnis.
Pegagan, si herbal sejuta manfaat
Pegagan (Latin: Centella asiatica) disebut juga gagan, rendeng, daun kaki kuda (tiap daerah punya nama tersendiri) tersebar di daerah Asia tropik, termasuk Indonesia. Berkhasiat sebagai obat, diantaranya anti asam urat, menambah nafsu makan, mengobati sakit maag dan kembung, memperkuat sistem saraf (daya ingat), dan masih banyak lagi. (wikipedia)
Di daerahku, daun ini banyak tumbuh di hutan karet. Bahannya berkhasiat, mudah didapat, mudah diolah. Tinggal membuka pasarnya. Ini masalahnya.
Aku bukan lulusan ekonomi, tidak ada pengalaman jadi sales, dan bermental gembus. Dari mana mau dapat pangsa pasar? Syukurnya, ada media sosial. Berbekal kamera HP dan laptop, aku membuat brosur ala-ala, lalu mengunggah ke media sosial.
Aku beri label "Pegagan Makpon", sesuai nama ibuku, biasa dipanggil Mak Pon. Aku mencetak stiker dan mengemas per 200 gram. Jika ada yang mau beli curah, ada kemasan 1/2 atau satu kilo juga bisa.