Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Daging Kurban: Nikmatnya di Mulut, Setelahnya Cenat-Cenut

28 Juli 2021   12:22 Diperbarui: 5 Agustus 2021   09:26 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daging kurban | foto: Shutterstock via kompas.com

Selamat Hari Raya Idul Adha bagi saudara-saudaraku yang merayakan. Kiranya ibadah kita berkenan di hadapanNya.

Tahun ini, Idul Adha ditetapkan tanggal 20 Juli. Uniknya, di hari itu lingkungan tempat tinggalku tidak dilakukan pemotongan hewan kurban. Padahal tenda sudah terpasang. Mungkin dilaksanakan siang, atau sore. Pikirku saat melintas di depan masjid hendak berangkat ngantor.

Esok harinya. Panitia kurban mengumumkan melalui pengeras suara masjid, hari ini (21/7) akan dilakukan pemotongan kurban. Diharapkan hanya warga yang berkurban yang datang ke depan masjid, lokasi penyembelihan. Agar tidak menimbulkan kerumunan.

Aku salut, warga di tempat tinggalku sangat peduli dan mawas dengan upaya melawan Covid-19. Beberapa hari sebelumnya, melalui grup WA, salah satu anggota meneruskan pesan pengurus takmir. Jamaah diharapkan sholat dari rumah masing-masing, tapi juga tidak melarang. Harus tetap menjalankan protokol kesehatan. Indahnya demokrasi.

Rabu siang (21/7), baru saja masuk rumah sepulang kerja, seseorang memanggil di depan gerbang. "Mas, ini ada pembagian daging kurban." Puji Tuhan! Terima kasih saudara-saudaraku.

Aku tidak pernah mengharap dapat jatah daging, tapi kalau diberi ya tidak menolak, hehe. Istri tidak langsung mengolah si daging. Masih bingung mau diolah bagaimana. Lagi pula masih ada beberapa sayur dan lauk yang harus lebih dulu diolah sebelum rusak.

Hari berikutnya, istri mencincang sebagian daging dikombinasikan sayur. Minggu (25/7), istri membuat rendang---salah satu makanan paling nikmat bagi banyak umat. Ada setidaknya 2 kilogram daging dibagikan. Di dalamnya tentu terdapat jeroan. Terbayang kan, nikmat gurihnya...

Tapi siapa sangka, di balik berkah itu timbul masalah. Apa soal?

Ada dua potong jeroan ukuran sedang. Istri sudah mengingatkan, apakah mau dimasak sekaligus, atau disisihkan untuk lain hari. "Masak sekalian!", ujarku tanpa ragu. Kau tahu kawan, dengan menu ini siapapun rela nambah nasi.

Malamnya, si rendang tetap nikmat memanjakan lidah. Percayalah, senikmat-nikmatnya makanan, hanya berlaku di lidah. Berikutnya usus, lambung, dan hati yang mengambil alih. Bukan lagi tentang enak-tak enak, tapi cukup nutrisi atau malah berlebih.

Senin siang, sepulang sekolah. Kedua kaki bagian paha atas dan bawah terasa cenat-cenut. Beberapa hari setelahnya, malah tulangnya seperti ditusuk, dihantam seperti mau patah. Jalannya setengah pincang. Malamnya paling yahud. Di lengan tangan bawah juga sama. Kenapa ini? Apakah karena kurang olahraga? Malas bergerak? Sampai tiga hari, rasa nyut-nyut itu bergeming.

"Makanya, sudah dibilang ndak usah dimasak semua kemarin. Ngeyel sih, hahaha". Bahagia kali istriku. Apa salahnya aku makan daging rendang? Tidak dilarang toh?

Ilustrasi asam urat | foto: athletewithstent.com
Ilustrasi asam urat | foto: athletewithstent.com

Kebanyakan. Meski hanya dua potong, itu kebanyakan untuk tubuh. Apa yang aku alami ini disebut asam urat. Alamak. Dulu aku menjadi satu yang ikut tertawa atas teman kantor yang kena asam urat. Kini, aku yang ditertawakan istri. Begini toh, rasanya asam urat.

Asam urat sendiri dipicu oleh purin dalam tubuh. Masalahnya, jika makan makanan yang mengandung purin tinggi terjadilah penumpukan purin pada bagian tubuh tertentu. Jika purin sudah menumpuk, jadilah asam urat.

Beberapa makanan yang memicu asam urat yakni jeroan hewan, hidangan laut, dan daging merah. Lalu Riwayat penyakit asam urat dari anggota keluarga. (halodoc.com) Nah, bapakku juga ada asam urat. Klop!

Berhari-hari aku bergumul dengan urat yang keasaman. Istriku, meski pegiat herbal sedang mencari cara terbaik untuk mengobatiku. Menurut istriku, bahan herbal yang bisa meredakan asam urat adalah mahkota dewa dan daun sirsak yang diseduh. Karena belum punya bahannya, pengobatan tertunda.

Cara lain untuk meredakan asam urat yakni mengindahari makanan yang mengandung purin tentunya, perbanyak minum air putih, mengonsumsi buah yang mengandung antioksidan tinggi dan rutin berolahraga. (halodoc.com) Selain itu, buah dan sayur yang kaya vitamin C, kopi (I am the lover of this), jahe, kunyit dan air putih. (alodokter.com) Empat daftar terakhir sudah rutin aku minum. Jadi tinggal tunggu pemulihan. Sampai artikel ini ditulis, gejalanya makin ringan, syukurlah.

Akhirnya, kawan, terima kasih sekali lagi untuk daging yang dibagikan. Aku belajar lebih menahan diri, tidak kalap makan berlebih. Karena enaknya hanya di mulut, selebihnya cenat-cenut. Salam sehat. --KRAISWAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun