Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pergi-Pulang Lancar Naik Kereta tapi Positif Covid-19, Kok Bisa?

2 Juli 2021   21:18 Diperbarui: 4 Juli 2021   02:00 3568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil dua kali swab Antigen, keduanya positif | foto: KRAISWAN

Suasana kamar isolasi; Obat, vitamin dan suplemen dari orang-orang hebat| foto: KRAISWAN
Suasana kamar isolasi; Obat, vitamin dan suplemen dari orang-orang hebat| foto: KRAISWAN

Aku dipesankan kamar buat lima hari, terpisah dari rekanku. Teman kamarku sebelumnya harus membereskan barang-barangku. Ibu mentor membelikan barang kebutuhan darurat. Setelahnya aku pamit dan pesan ojol menuju kamar isolasi. Cukup konfirmasi dengan menyebutkan nama, lalu ditunjukkan kamar. Segera tanggalkan semua pakaian, mandi dan ganti baju. Aku melahap roti dan buah. Minum air mineral yang banyak. Harus tenang!

Pergulatan berikutnya, bagaimana caraku memberitahu istri? Sedari sore dia menanyakan, apakah sudah makan, lagi acara apa...? Mateng! Apa jadinya kalau dia tahu aku positif? Bagaimana kalau dia syok, lalu sedih, dan nge-drop?

Aku berdoa malam itu juga, meminta hikmat dari Tuhan. Bersyukur, meski positif tidak ada gejala berat. Namun, aku tak sanggup menahan beban ini sendirian, lalu menimbun kebohongan pada istri. Kalau aku tertekan lalu stres, imunitasku menurun, bakal menyusahkan lebih banyak orang. Dengan pertolongan Tuhan, akhirnya aku jujur ke istri. "Masa...?", dikiranya aku bercanda.

Meski sedih, istriku mencoba tegar. Dialah wanita terhebat setelah ibuku! "Jauh-jauh ke Surabaya kok cuma mau isoman," ledeknya. Ahaha.... Biar keadaan sulit, dia menolak menyerah. Dia tetap mendukungku meski dari jauh.

Dua hari pertama isolasi sakit kepala, perut mual, lidah pahit. Maunya tiduran saja, istirahat. Hari ketiga penciuman berkurang. Hari keempat, tak bisa mencium sama sekali! Begini rasanya kena Covid-19. Tersiksa jiwa raga, jauh dari keluarga. Anda tak harus mengalami sepertiku agar mematuhi protokol kesehatan, kan?

Selama lima hari di kamar isolasi, aku bersyukur tetap bisa pelayanan secara daring. Sudah jauh-jauh ke Surabaya kok ya daring, hihi. Tak apa, inilah porsiku. Aku menjalani dengan ikhlas dan terus semangat!

Sudah ke Surabaya, pelayanan daring juga | foto: KRAISWAN
Sudah ke Surabaya, pelayanan daring juga | foto: KRAISWAN

Jumat, 25/6 mentorku japri, memberitahukan rencana "kabur dari penjara". Tiket pulang sudah dipesan jauh hari untuk Sabtu (26/6) malam selesai acara. Aku diminta mencoba tes GeNose. Jika lolos, bisa isoman di rumah, dekat jiwa-raga dengan istri. Aku dan mentor sepakat takkan berkontak sejak dari stasiun. Dari Semarang Tawang, kami langsung berpisah, aku naik Gocar.

Kayak Mission Impossible, guys! Aku harus keluar penjara, menerobos sistem di kereta melalui tes GeNose. Tak sampai berdarah-darah sih, tapi tetap beresiko.

Kalau tak lolos GeNose? Plan B, aku lanjut isolasi di kamar kos. Ini mengerikan. Diperpanjang masa "kurungan", tertunda bertemu istri. Tapi jika ini tugasku untuk menyelamatkan penduduk Bumi, aku belajar ikhlas, hiks. Itu juga berarti masih akan merepotkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun