Keesokan hari (Selasa) setelah melayat seorang teman mendaftarkanku tes PCR di puskesmas. Tes pertama negatif. Enam hari kemudian (Senin 14/6), jadwal tes kedua. Hasilnya baru keluar tiga hari setelahnya.
Yang kulakukan beberapa hari ke depan adalah bekerja dari rumah. Makan, rebahan, mandi, makan, tidur lagi. Bersyukur, aku tidak ada indikasi terpapar. Puji Tuhan! Aku punya waktu seharian bersama istri, meski harus terus memakai masker dan menjaga jarak. Di rumah kami hanya ada satu tempat tidur. Jadi, tidurnya berjarak seperti orang berantem. Dekat di raga, jauh di jiwa.
Baca juga:Â Sudah Susah-susah Mematuhi Prokes, Aku Positif Juga...
Tak apa. Ini disiplin pribadi yang musti dijalani demi keselamatan keluarga.
Aku menyelingi kegiatan di rumah itu dengan membantu istri memasak, lalu makan enak dari buah dan sayur. Sesekali kami menonton, membaca atau mengurus tanaman di depan rumah. Ingat, biar tak ada indikasi, harus tetap menjaga prokes.
3# Rezeki boleh berkurang, tapi iman dan imun harus bertambah
Profesiku guru di sebuah sekolah swasta. Pegawai tetap, puji Tuhan. Waktu aku isoman pas pengolahan nilai di sekolah. Aku bukan wali kelas, sudah menyelesaikan tugas pokok. Jadi meski WFH, tidak menyusahkan rekan kerja.
Aku bersyukur menerima gaji tetap dan utuh. Apa jadinya para pegawai kontrak atau buruh harian jika harus dua minggu isoman.Â
Minimal 12 hari tak akan digaji. Makan apa anak-istrinya? Dibayar pakai apa tagihan-tagihan? Barangkali ini salah satu alasan mereka enggan dites. Itu mengerikan, kawan.
Aku dipercaya memberi les pada dua murid dari keluarga berbeda, privat. Karena harus isoman, otomatis aku tak bisa mengajar. Orang tuanya minta tatap muka.Â