2# Membuat kompos dari sisa sayur dan buah
Enaknya istri lulusan kesehatan masyarakat itu, bisa dimasakkan tiap hari. (hubungannya, jek?) Enak dong, tiap minggu belanja ke pasar, dapat bahan yang murah dan segar, bisa dikontrol kebersihannya. Apalagi kalau pas harganya murah, masih bisa ditawar lagi, wah...
Nah, karena istri memasak hampir tiap hari pasti ada bagian yang sisa. Entah dari ikan, daging, sayur maupun buah. Ditambah lagi istri produsen jamu rumahan, makin banyaklah sampah organik dihasilkan. Bahan-bahan organik ini hanya bakal menyebabkan bau di tong sampah. Tapi, oleh istriku bisa disulap menjadi pupuk kompos.
Kumpulkan semua bahan sisa tanaman ke dalam wadah besar, lalu ditutup rapat. Selama proses pembusukan berlangsung dicampur dengan tanah. Tiga bulan berikut, kompos siap dipanen. Hemat lagi kan, tak perlu beli pupuk.
Tahap ini tak selalu berhasil. Prosesnya butuh waktu lama, jumlahnya pun susut banyak. Kapan lalu karena ada banyak bibit dan harus segera ditanam, akhirnya kami beli media tanam tambahan.
3# Bibit gratis dari biji buah/ sayur
Wadah gratis, pupuk juga tak harus beli. Bibitnya? Ada juga yang gratis, kalau mau. Mulanya kami tak berniat menanam buah. Butuh banyak media dan biaya, ribet mengurusnya. Tapi dari proses kebetulan mendidik kami untuk mengelola beberapa tanaman.
Setiap belanja daun bawang, istri menyisakan batang dengan akar untuk ditanam. Hanya beberapa hari, tumbuh daun-daun yang baru. Meski tidak sebesar mulanya, tapi cukup sekadar untuk campuran olahan tempe, telur, atau masakan tumis.
Setiap selesai kupas-mengupas, istri mengonggokkan biji buah dan sayur ke dekat pot bunga. Bunga-bunga kami terletak di bawah kanopi fiber, jadi tak langsung kena sinar matahari. Idealnya, biji-bijian bakal kering lalu mati baru bisa tumbuh tunas kalau mendapat air.