Warung makan ini unik karena terapung di atas kolam, airnya dari Rawa Pening. Rawa yang menurut legenda terbentuk dari kisah Baru Klinting. (baca di sini)
Kampoeng Rawa Ambarawa, merupakan usaha Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). Lokasi unggulannya adalah warung apung. 90% bangunan warung memang terapung! Keren kan.
Dari tempat parkir, tinggal jalan sekitar 200 m menuju ke tempat cuci tangan, wastafel unik perpaduan gerabah dan semen. Tepat di depannya adalah gerbang penyeberangan. Maksudnya? Lokasi warung apung dan daratan dipisahkan air kolam. Untuk mencapainya harus naik gondola joglo. Unik kan? (Info lebih, klik kampungrawaambarawa.blogspot.com Penasaran? Sila berkunjung.)
Ada dua gondola tersedia, beserta petugas yang menyeberangkan pengunjung ke atau dari warung apung. Inilah akses satu-satunya menuju warung apung, kecuali mau menyelam atau bawa perahu sendiri.
Meski kelasnya Bumdes, aku salut dengan pengelola tempat ini. Wajib cuci tangan sebelum naik gondola, dicek suhu badan dan tangan disemprot hand sanitizer. Keren. Tiap pelayannya mengenakan seragam berornamen batik, dilengkapi name tag.
Tersedia pendopo utama berisi bangku dan meja yang melekat dengan kasir. Ada juga pendopo-pendopo privat yang bisa diisi 4 orang, disediakan bantal. Karena langsung di tepian Rawa Pening, menjelang siang bakal panas dan silau. Tenang, disediakan kerai bambu yang bisa dilepas-gulang sesuai kebutuhan. Pada kunjungan kali itu tidak terlalu ramai. Belasan pendopo yang tersedia belum semua terisi.
Menu hidangannya tak jauh beda dari tempat makan umumnya. Tersedia makanan nasional sampai yang kebarat-baratan. Karena namanya "Rawa" tentu ada menu andalan olahan bermacam ikan air tawar. Harganya? Terjangkau. Sepadan dengan rasa dan fasilitas yang disediakan.
Kawasannya menjorok, setidaknya 800 meter dari jalan raya lingkar Ambarawa. Tidak berisik, minim polusi, sesekali disapa semilir angin. Dari jalan raya itu, pengunjung dimanjakan dengan hamparan sawah. Sepanjang jalan lingkar itu memang daerah persawahan.