Mengapa AKM mengukur literasi dan numerasi? Karena ada dalam kehidupan sehari-hari, lintas mapel, mendorong siswa untuk berpikir logis-sistematis, kontennya lintas jenjang, berkelanjutan dan lintas jenjang (untuk SD yang mengerjakan kelas 1-6). Dan tidak semua konten diujikan, itulah kenapa disebut "minimum".
Konten dalam AKM terdiri dari bilangan, pengukuran & geometri, data & ketidakpastian serta aljabar. Sedangkan konteks dalam AKM yakni personal, sosial-budaya dan saintifik.
Terkait konten dan konteks tersebut, AKM dibagi dalam tiga level berpikir yakni Knowing/ mengetahui (Level I), Applying/ menerapkan (Level II), dan Reasoning/ menalar (Level III).
Bagaimana membuat soal AKM? Soal-soal AKM tidak hanya berisi kalimat perintah, melainkan harus diberikan stimulus berupa gambar, diagram, wacana (artikel) dan tabel. Stimulus ini harus sesuai dengan 17 tema yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Disarankan tidak mengutip stimulus dari blog (pendapat pribadi), melainkan dari jurnal yang sudah teruji secara ilmiah.
Soal-soal AKM mengacu pada PISA. Mengapa begitu? Kalau mau punya daya saing global, ya harus berkiblat parameter internasional. Berat ya... Suatu soal dikategorikan memenuhi syarat AKM jika: ada stimulus, menuntut siswa berpikir kritis, berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Berikut ini langkah-langkah pembuatan soal AKM:
Apakah para peserta langsung bisa membuat soal AKM? Tunggu tanggal mainnya.
Contoh-contoh soal AKM juga bisa dieksplorasi di www.pusmenjar.kemdikbud.go.id