Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Langkah-langkah Kecil Melawan Sampah Plastik, dari Cup Es Krim sampai "Sekolah Sampah"

12 Maret 2021   01:25 Diperbarui: 12 Maret 2021   11:09 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es krim dalam kemasan daun pisang dan stik kayu | sumber: indiatoday.in/ Erik Solheim

Melansir dari coconutschool.org, CSF (Coconut School Fondation) membuat inovasi pembiayaan sekolah dengan program "Trash to Tuition" (terjemahan bebas: sampah untuk bayar sekolah) untuk memberikan setiap anak di pedesaan Kamboja akses pendidikan gratis. Mereka bekerja sama dengan relawan lokal dan internasional untuk mengajar anak-anak di daerah terpencil.

CSF memiliki tiga misi yakni Saving Children (menyelamatkan anak-anak), Saving Planet (menyelamatkan planet) dan Care & Protection (perawatan dan perlindungan).

Keprihatinan si "manusia sampah" lahir dari keberadaan sampah di negaranya. Banyak wisatawan yang membuang sampah sembarangan di tempat wisata. Di saat bersamaan, banyak anak kecil dari keluarga tidak mampu yang menjadi pengemis di jalanan.

Anak tidak mampu + sampah melimpah = sekolah. Brilian! Dengan membayarkan sampah, anak-anak bisa belajar tentang komputer, matematika, dan bahasa---tiga kemampuan dasar untuk bertahan hidup di abad ini. Melalui Coconut School ini juga Vandey mendidik para muridnya untuk peduli pada lingkungan. Berharap suatu kelak mereka akan menjadi aktivis lingkungan.

5# Masker Kain. Keempat daftar di atas dirasa terlalu sulit dilakukan? Lalu, tidak adakah sesuatu untuk ambil bagian? Tenang, dunia tak seluas biji melinjo. (hubungannya, jek?) Paling gampang untuk mengurangi sampah plastik, khususnya masker bekas, yakni memakai masker kain yang bisa dicuci dan dipakai lagi.

Malas mencuci? Ya sudah, ke matahari saja! Inilah penyakit kita dari generasi ke generasi. Maunya segala sesuatu yang murah, praktis dan hanya berorientasi pada diri sendiri, dan hari ini. Tak mau pusing dengan manusia di negeri seberang boro-boro generasi mendatang.

Susah bukan berarti mustahil. Pilihan ada di tangan kita. Mau menyerah dan terus menghasilkan sampah, atau berbenah lalu membuat lingkungan berubah.

Kraiswan, Salatiga 11 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun