Sebuah perusahaan asal Filipina melakukan inovasi menciptakan masker dari serat daun abaka yang mudah terdegradasi. Menurut Department of Science and Technology Filipina, masker abaka jauh lebih baik dari masker N9 dan kualitasnya mendekati masker medis serta menyerap hanya 3-5% air. Bandingkan, masker N95 yang daya serap terhadap mencapai 46%. (Instagram/ greenerationid)
Tanaman abaka (Musa textilis Nee) termasuk salah satu tanaman pisang yang tidak dimanfaatkan buahnya, melainkan diambil seratnya dari batang semu. Pada awal abad 16 penduduk asli daerah Cebu, Filipina memanfaatkan serat abaka sebagai bahan pakaian tradisional. (balittas.litbang.pertanian.go.id)
Owalah... serat pohon pisang toh... Kalau begitu, Indonesia juga bisa mengolahnya! Kalau bisa ngimpor, ngapain ngolah? #tepokjidat
Sejak dulu, serat abaka populer secara komersial dalam bentuk produksi tali dan jaring ikan. Bahkan, pemerintah Amerika Serikat memanfaatkan serat abaka untuk bahan pembuat uang kertas dolar, karena seratnya tidak getas, tidak mudah putus, punya tekstur yang baik, mengilap, awet, lentur serta tahan salinitas.
Masih dari laman IG Greeneration Foundation, menurut keterangan eksportir abaka kepada Bloomberg, beberapa pabrik APD dari Cina, India dan Vietnam sudah mulai memesan kain abaka selama pandemi. Ini berarti material yang ramah lingkungan ini mulai diminati negara-negara.
4# Coconut Shool. Meski secara harfiah coconut berarti kelapa, sekolah ini tidak ada hubungannya ke sana. Sekolah ini didirikan dengan material sampah.Â
Adalah Ouk Vandey, pendiri sekolah di Kamboja yang desain dan tata letaknya berbahan sampah. Sekolah gagasan "Rubbish Man", sebutan untuk Vandey, ini terletak di Taman Nasional Kirirom, Provinsi Speu, Kamboja. (Instagram/ greenerationid)