Sebelum insiden pemecatan, unggahan itu adalah wujud kebebasan berpendapat. Setelahnya, justru menjadi 'auman' untuk membangunkan pemerintah, khususnya dinas pendidikan, yang terlelap.
Bukan dengan demo berjilid-jilid, ujaran kebencian, bukan pula berita bohong. Beberapa netizen menempuh jalan serupa dalam mengkritik. Penumpang pesawat Garuda yang memfoto menu makanan yang ditulis tangan dan mengunggah di media sosial. Lalu yang masih hangat, adegan berkubang cantik ala mak-mak di Lampung. Kritik dengan mengunggah ke media sosial terbukti ampuh memaksa pemerintah berbenah diri.
Hingga artikel ini ditulis, dinas pendidikan kabupaten Bone telah melakukan upaya mediasi antara guru Hervina dengan kepala sekolah. Semoga ada keadilan untuk guru Hervina.
***
Syukur kepada Tuhan, sehari setelah artikel ini tayang, akhirnya kepala sekolah meminta maaf dan menerima guru Hervina kembali mengajar di sekolahnya. (Baca di sini)
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H