Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Buat Kriteria Dulu, Menikah Kemudian

11 Februari 2021   20:46 Diperbarui: 13 Februari 2021   10:46 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nick Vujicic dan keluarga, Sumber: dailyhawker.in/nick-vujicic

Pengadilan agama di Bandung penuh! Para istri 'kompak' menggugat cerai suaminya. Penyebabnya faktor ekonomi, perubahan gaya hidup, serta kurang sabar menghadapi cobaan. (kompas.com) Pembaca gemas. Netizen cemas. Para suami was-was.

Kenapa harus menikah jika ujungnya bercerai? Apakah pernikahan habis manis sepah dibuang? Beda cerita kalau kita salah memilih pasangan. Menyesal seumur hidup.

Jangan menikah jika: 1) Baru kenal dari Facebook atau media sosial, 2) Tertarik hanya hal-hal yang dilihat mata, apalagi rasa kasmaran! 3) By accident. 4) Kata orang. Empat hal ini paling sering dijadikan dasar menikah, tapi lalu bercerai. Pernikahan, seperti hal krusial lain dalam hidup seperti pendidikan, pekerjaan, dan keyakinan beragama, sehingga perlu dipersiapkan.

Agar tidak salah memilih pasangan, kita perlu membuat kriteria. Kenapa perlu?

Jika mau membeli sepatu misalnya, kita memilah merek, model, ukuran, harga hingga warna; masakan untuk "pasangan hidup" asal-asalan? Prinsip saya, dengan orang yang saya menikah dengannya, saya akan menghabiskan sisa hidup dalam segala waktu, musim dan perjalanan.

Apa saja kriteria memilih pasangan hidup? Pada dasarnya ada kriteria primer, sekunder dan tersier. Saya akan membagi dalam empat poin yang lebih umum.

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." --Kejadian 2:18

1. Sepadan

Sepadan (KBBI) artinya mempunyai nilai (ukuran, arti, efek, dsb) yang sama; sebanding (dengan); seimbang (dengan), berpatutan (dengan). Sepadan mencakup kesesuaian dalam hal-hal internal, bukan eksternal.

Yang punya pola pikir, karakter, pandangan dan sikap hati yang sejalan, (Mustahil dua kepala dijadikan sama, orang kembar sekalipun).

Jangan berharap menemukan orang yang sama atau cocok. Karena memang tidak ada pasangan yang cocok di dunia ini. Yakinlah, ada hari-hari pernikahan bakal diisi cek-cok. Tak heran, para artis 'hobi' kawin cerai hanya karena indikator semu bernama "cocok".

Sepadan di sini juga berarti seiman. Beribadah dengan keyakinan dan sudut pandang yang sama. Dalam iman Kristen, pernikahan hanya bisa dipisahkan oleh maut. "Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Matius 19:6

Pasangan hidup sepadan bisa dilihat dari motivator asal Australia, Nick Vujicic dengan Kanae. Kondisi fisik Nick tidak mungkin untuk membina keluarga, kata dunia.

Faktanya, Nick dan Kanae dikaruniai empat anak, dan pernikahan mereka terus bertumbuh. Itu karena pernikahan mereka bukan didasarkan pada hal-hal ragawi, atau apa kata orang. Melainkan penerimaan Allah yang menjadikan mereka tetap berharga dan saling mengasihi.

2. Harus berlawanan jenis

Ini penting, karena dunia ini semakin hancur akibat dosa. Di zaman sekarang, seiman saja tak cukup. Pernikahan sesama jenis menjadi biasa di 15 negara di Eropa. (tempo.co) Presiden terpilih Amerika ke-46, Joe Biden bahkan mendukung penuh LGBT. (viva.co.id) Ngeri!

Gerakan LGBT di Indonesia eksis sejak 1982. (republika.co.id) Pada Otober 2020, 16 oknum anggota TNI terlibat LGBT dipecat. (detik.com) Hak asasi manusia, katanya. Apa yang mau dicari dalam pernikahan dengan sesama jenis? Hubungan intim yang tidak wajar, tidak sesuai ajaran agama mana pun dan jelas berdosa!

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. --Kejadian 2:24

Dari ayat di atas jelas, "...laki-laki... bersatu dengan istrinya... keduanya menjadi satu daging." Ini sejalan dengan salah satu misi yang Allah berikan saat menciptakan manusia, "Beranakcuculah dan bertambah banyak". Bagaimana pernikahan sejenis dibiarkan pada tugas mulia ini?

3. Dewasa rohani

Kehidupan pernikahan adalah tentang saya dan pasangan... yang dipersatukan Allah. Allah-lah yang membentuk Hawa dari tulang rusuk Adam. Hawa inilah penolong sepadan bagi Adam. Melalui mereka, pertama kali diciptakan lembaga bernama keluarga.

"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Pernikahan yang benar mustahil terjadi tanpa campur tangan Allah. Melalui campur tangan Allah pula seseorang bisa dewasa secara rohani. Kedewasaan ini yang akan membawanya pada pertumbuhan rohani.

Ada satu analogi sederhana tapi menarik. Pribadi yang dewasa rohani akan terus mengusahakan pertumbuhan rohani dengan mendekat kepada Allah. Kelak, saat menikah ia harusnya bisa mengajak pasangannya bersama-sama mendekat pada Allah. Harus keduanya. Jika hanya salah satu, ada jarak memisahkan antara suami-istri. Keterpisahan ini menyebakan tidak bertumbuh kerohaniannya.

Pernikahan yang melibatkan Allah, Sumber: Tik-Tok/@gregbyers68
Pernikahan yang melibatkan Allah, Sumber: Tik-Tok/@gregbyers68

4. Mandiri

Apakah anda dan pasangan orang yang mandiri? Orang yang matang karakter dan pola pikir dikatakan mandiri. Artinya, tahu menimbang baik-buruk, benar-salah, lebih-kurang atas setiap fenomena.

Mandiri juga artinya lepas dari campur tangan orang tua, khususnya finansial. Pastikan pasangan anda dan/ anda memiliki pekerjaan tetap. Tidak perlu berjenjang tinggi. Asalkan tetap, halal dan jujur, disertai rasa syukur, cukup.

Ada orang yang gaya hidupnya selangit, padahal keuangan tidak memadahi. Ada yang segalanya berkecukupan, ibarat uang tinggal "memutar keran", tapi tidak bahagia. Nah loh, materi bukanlah indikator inti.

Beda dengan orang yang mandiri. Meski tinggal di sepetak kamar kontrakan, gaji kecil pas-pasan atau pekerjaan terguncang akibat pandemi, ia bakal memutar otak untuk bisa menafkahi keluarga.

Saya adalah anak kampung, dari keluarga serba ada. (Baca: ada saja yang diadakan) Salah satu prinsip setelah menikah, harus tinggal terpisah dari orang tua, tak soal jika dalam satu kamar kos sempit. Saya ingin mandiri. Keluarga saya akan 'dinahkodai' oleh saya sebagai kepala keluarga, bukan ayah saya.

Anda, sudah membuat kriteria belum?

* Saya baru dua bulan menikah, jadi artikel ini bukan untuk menggurui, melainkan sekedar berbagi tips tentang kriteria menemukan pasangan hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun