"Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Pernikahan yang benar mustahil terjadi tanpa campur tangan Allah. Melalui campur tangan Allah pula seseorang bisa dewasa secara rohani. Kedewasaan ini yang akan membawanya pada pertumbuhan rohani.
Ada satu analogi sederhana tapi menarik. Pribadi yang dewasa rohani akan terus mengusahakan pertumbuhan rohani dengan mendekat kepada Allah. Kelak, saat menikah ia harusnya bisa mengajak pasangannya bersama-sama mendekat pada Allah. Harus keduanya. Jika hanya salah satu, ada jarak memisahkan antara suami-istri. Keterpisahan ini menyebakan tidak bertumbuh kerohaniannya.
4. Mandiri
Apakah anda dan pasangan orang yang mandiri? Orang yang matang karakter dan pola pikir dikatakan mandiri. Artinya, tahu menimbang baik-buruk, benar-salah, lebih-kurang atas setiap fenomena.
Mandiri juga artinya lepas dari campur tangan orang tua, khususnya finansial. Pastikan pasangan anda dan/ anda memiliki pekerjaan tetap. Tidak perlu berjenjang tinggi. Asalkan tetap, halal dan jujur, disertai rasa syukur, cukup.
Ada orang yang gaya hidupnya selangit, padahal keuangan tidak memadahi. Ada yang segalanya berkecukupan, ibarat uang tinggal "memutar keran", tapi tidak bahagia. Nah loh, materi bukanlah indikator inti.
Beda dengan orang yang mandiri. Meski tinggal di sepetak kamar kontrakan, gaji kecil pas-pasan atau pekerjaan terguncang akibat pandemi, ia bakal memutar otak untuk bisa menafkahi keluarga.
Saya adalah anak kampung, dari keluarga serba ada. (Baca: ada saja yang diadakan) Salah satu prinsip setelah menikah, harus tinggal terpisah dari orang tua, tak soal jika dalam satu kamar kos sempit. Saya ingin mandiri. Keluarga saya akan 'dinahkodai' oleh saya sebagai kepala keluarga, bukan ayah saya.
Anda, sudah membuat kriteria belum?
* Saya baru dua bulan menikah, jadi artikel ini bukan untuk menggurui, melainkan sekedar berbagi tips tentang kriteria menemukan pasangan hidup