Nah, poin 2 dan 5 jadi masalah tersendiri. Apakah guru, kelas dan sekolah mampu jadi teladan dan bersama-sama murid mengerjakan SSR ini...?
Jika hanya perintah dan keharusan bagi murid, dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Ujungnya asal program berjalan. Lagi pula, kita (guru, orang dewasa) terbudaya memerintah bukan? Dengan banyak alibi sibuk, banyak kerjaan dan sebagainya. Padahal, teladan adalah fondasi mutlak agar anak mau mengerjakan apa yang kita perintahkan. Ingat, ini abad 21!
Baca juga: Membeli Buku, Peperangan untuk Mengumpulkan "Jarahan"
Tantangan terbesarnya justru pada guru dan sekolah. Jangan sampai kita memerintahkan siswa membaca tapi kita sendiri justru mengoreksi tugas, membuka laptop atau---lebih parah---mengoperasikan ponsel! Ya,
kitalah pemegang kunci untuk menanamkan fondasi cinta baca
Meski sekolah memfasilitasi program SSR, jika dirasa perlu, orang tua bisa menambah jadwal bersama anak. Setidak-tidaknya memberi perhatian, apa yang mereka baca dalam SSR hari ini. Apalagi di masa PJJ, di mana anak berlimpah waktu luang. Dengan apa anda mengisi waktu mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H