Selamat hari Natal, selamat hari Natal | Selamat hari Natal, dan tahun baru...
Masih bisakah kita menyanyi sukacita dalam Natal tahun ini?
***
Natal dan tahun baru, 'sejoli' tak terpisahkan, bagai dua sisi uang koin.
Gerak dan lagu dari anak-anak Sekolah Minggu, drama musikal, puji-pujian sukacita, pakaian baru, bertukar kado, pohon cemara bertabur lampu dan pernak-pernik, pawai budaya dan tak ketinggalan kembang api. Ialah agenda wajib setiap Bulan Desember.
Di rumah bersama orang-orang terkasih, di gereja, di sekolah, bahkan seluruh kota mengekspresikan sukacita tak tertahankan ini. Sukacita yang disebabkan lahirnya Juruselamat dunia.
Hai dunia, bersoraklah. Sang Juruselamat telah lahir!
Namun, tahun 2020 Natal jadi lain dari sebelumnya. Bukan semata karena jerat pandemi virus Corona. Bagiku, perbedaan Natal kali ini tetap mengandung makna. Kenapa begitu?
1. Tetap bersukacita meski tanpa pesta-pora
Kehadiran Juruselamat melalui bayi Yesus adalah bukti kasih Allah bagi manusia yang jatuh dalam dosa. Bayi itu yang kelak akan menyerahkan diriNya untuk menebus setiap dosa dan pelanggaran kita. Untuk satu alasan itu, kita layak dan terus bersukacita.
Kini status dan citra kita telah dipulihkan. Dari orang berdosa menjadi merdeka. Adakah sukacita lebih besar dari ini? Wajarlah kita merayakan sukacita dengan bermacam cara dan rupa, termasuk pesta. Berkumpul, mengundang teman dan sahabat, menyantap hidangan nikmat, menari dalam alunan lagu. Pokoknya bersukaria.