Prosesi ini disebut Mangulosi (pemberian ulos), maknanya aku diikat menjadi satu dalam keluarga Sumbayak. Ulos yang kedua diberikan bersamaan oleh abang, tulang, oppung (kakek) dan keluarga besar. Kelak saat pesta pernikahan akan lebih banyak ulos yang diberikan oleh keluarga.
Mengutip Indonesia.go.id, Mangulosi berarti memberikan perlindungan dari segala gangguan, dilakukan orang yang dituakan kepada kerabat yang memiliki partuturan, kedudukan yang lebih rendah secara adat, misalnya orang tua pada anak, (dalam upacara pernikahan) dari paman pada kedua mempelai. Inilah kekhasan relasi dalam keluarga Batak.
Selesai Mangulosi, dilanjutkan Boras Tenger (Boras: beras, Tenger: kuat), bapak-mama dan keluarga besar menaburkan butiran beras di atas kepala kami. Maknanya, agar kami, anak-anak, tetap satu, kompak dan selalu diberkati Tuhan dalam perjalanan hidup. Menaburkan beras di kepala juga berarti agar anak-anaknya semakin kuat dan teguh. (gkps.or.id)
Oleh-oleh untuk bapak mama tadi dipotong-potong lagi, dibagikan pada keluarga besar. Makin dekat kekerabatannya dapat potongan lebih besar.
Sebelum santap bersama, aku dan mama mengikuti bapak 'mengantar' makanan pada kerabat Sumbayak. Mengantarnya ya di teras rumah saja. Wujud penghormatan, sekaligus mengundang mereka ke pesta pernikahan anaknya sambil menyerahkan amplop berisi uang.
Eits, bukan suap ya. Memang ini tradisi orang Batak saat mengundang. Nominalnya antara Rp. 5.000--Rp. 20.000, semakin dekat kekerabatan makin besar nominalnya. Jadi anda tahu kan, kenapa sinamot orang Batak mahal?
Satu rangkaian selesai. MC mempersilahkan pak pendeta memimpin doa, sekaligus mengucap syukur atas berkat jasmani. Kepada hadirin disajikan olahan daging babi, potongan labu siam dan wortel serta sambal. Porsinya besar! (Bagi anda penggemar B2, cobalah sesekali ke Medan. Racikan bumbunya tiada dua. Lezat!)
Inilah pesta ala orang Batak, makanannya berlimpah-limpah. Piringku sudah penuh, masih harus menghabiskan makanan yang ditata pemberian bapak mama. Begini rasanya jadi anak raja.
Aku dipersilahkan membagikan makanan itu pada bapak mama serta para abang, tulang dan anggota keluarga lain. Di sini kutahu, orang Batak tidaklah pelit hal makanan.