Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi atau Tidak Pandemi, Imunisasi Harus Dijalani

12 November 2020   10:43 Diperbarui: 12 November 2020   21:29 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengantri untuk imunisasi, foto: KRIS WANTORO

"Sudah siap ke sekolah?" "Siap!"

"El ingat kesepakatannya?" Dibalas anggukan mantab. "Kalau bertemu teman, tidak boleh..." "...bersalaman!" "Harus selalu pakai..." "...masker!" "Saat mengantri tidak boleh..." "...berlari-lari!"

Kira-kira begitu kesepakatanku dengan anak sebelum ke sekolah hari ini. Kalau sudah punya...

***

Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi anak-anak SD selain ke sekolah! Bertemu teman dan guru, berlarian di tempat bermain. Jangankan anak, emak-emak juga diuntungkan olehnya. Bisa nge-gibah dengan kaumnya.

Pagi ini, dilakukan imunisasi di sekolah kami, khususnya kelas 1, 2 dan 5.

Meja kursi diatur berjarak. Thermogun dan handsanitizer disuguhkan. Guru pendamping diposisikan. Teh hangat, dan parasetamol disediakan. Semua siap, tinggal menunggu pahlawan kita.

Masih beraroma hari pahlawan; pahlawan di sekolah ialah guru, di rumah dan tempat kerja orang tua, dan di masyarakat dokter.

Di antara ketiganya, dokter dan perawat adalah paling heroik. Kenapa begitu?

Tengoklah atribut perangnya. Bagai di ruang operasi--medan tempur, seluruh badan harus terlindungi. Di atas pakaian utama, diliput jubah, ditambah celemek plastik.

Plastik hijau membentang di balik rambut, masker sensi di balik mulut, masih ditambah lapisan perisai wajah. Sarung tangan karet putih perlu ditambah lapis kedua berwarna biru. Perkara sampahnya akan diapakan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Diberkatilah pahlawan kita!

Biar virus Corona masih merajalela, walau pandemi terus bersemi, tak jadi alasan tak imunisasi. Ingat, musuhnya tak hanya Corona. Jauh sebelum "Pak Corona" sudah eksis musuh serupa difteri, pertusis dan tetanus. Kebetulan saja si Corona ramah menyapa siapa saja. Jangan sampai lengah!

Pahlawan masyarakat menyiapkan persenjataan, foto: KRIS WANTORO
Pahlawan masyarakat menyiapkan persenjataan, foto: KRIS WANTORO

Kembali ke anak-anak. Hampir delapan bulan di rumah saja, banyak mengubah sebagian diri mereka. Mereka sampai lupa "nyelekit"-nya jarum suntik. Gigitan benda tajam itu tiada apa-apa dibanding merananya jiwa disebabkan kungkungan dalam tempurung, terpisah dari teman-temannya.

Meskipun, ada saja anak yang konsisten. Meronta sejadinya karena tak bisa lupa nikmatnya jarum suntik. Tak mengapa, sepadan dengan kesenangan datang ke sekolah.

"Bagaimana rasanya, sakit tidak?", tanyaku pada murid kelas 5. Gelengan kepala menjadi balasan.

Salah satu murid kelas 2 reaktif, "Huwaaa....!" Di sinilah ibu guru melakukan perannya. Meyakinkan, semuanya baik-baik saja. Singkat saja "sorak kemenangan" itu. Tak sampai selesai satu kedipan mata.

Beginilah perjuangan kita. Pandemi Corona barangkali menghambat hidup dan perjalanan kita, termasuk para murid. Tapi bukan pembenaran bahwa kita berhenti berkarya apalagi meratapi diri. Yang penting, "Aku senang bisa ketemu teman-teman!! Besok mau ke sekolah lagi!"

Selamat hari pahlawan, buat kalian pahlawan di tiap kesempatan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun