Suatu bulan di tahun 2020, saya dimintai tolong mencarikan lahan tempat produksi di daerah domisili saya. Setelah mengajak bapak, bertanya pada sejumlah makelar, sesudah mengontak WA nomor di banner "DI JUAL", si bos minta dicarikan info di daerah Boyolali.
Sebabnya, lokasi di daerah saya belum memenuhi kriteria. Banyak pertimbangan, untuk jangka panjang, katanya.
Si bos yang butuh, saya yang repot. Mau mulai dari mana? Ini kan urusan beli aset tanah, bukan gorengan. Saya ada beberapa teman kuliah yang tinggal di daerah Boyolali, tapi jauh dari lokasi target. Mau datang langsung, menemui lurah, mbolang kali-kali ada plang tanah dijual...? Kesia-siaan.
Nah, daripada membodohi diri sendiri, saya iseng mengintip salah satu grup jual beli di Facebook. Satu lagi kehebatan FB, dia bisa menampung bermacam grup jual beli. Caranya gampang. Buka aplikasi FB, ketik di pencarian dengan format: JUAL BELI_[jenis barang/jasa]_[lokasi]
Pilihannya banyak. Pesertanya melimpah. Postingan berikut like, komen dan "nitip"...? Jangan ditanya.
Setelah menyisir satu dua postingan, saya mendapat dua lokasi tanah dijual, lengkap dengan luasan, kondisi geografis, harga, sertifikat dan kontak WA. Wow! Terima kasih FB, jadi saya tak harus melenggang seperti orang linglung. Setelah saya datangi, realitanya sesuai.
***
Pesan moralnya, media sosial ibarat sebuah pisau. Dibuat dengan tujuan yang baik dan memudahkan pekerjaan kita di satu sisi, tapi bisa melukai orang di sisi lain. Maka baik-tidaknya media sosial bergantung jari yang mengaksesnya.
Dengan ini, saya petik manfaat dari media sosial. --kraiswan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H