Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Filosofi Pohon Pisang, Pantang Tumbang Sebelum Berbuah

28 Agustus 2020   09:35 Diperbarui: 1 September 2020   05:01 2715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harus berbuah sebelum tumbang, dokumentasi pribadi

Manusia, yang lebih mulia dari pohon pisang, harusnya tak kalah. Berikut ini tiga contoh manusia yang berbuah sebelum tumbang.

Atas: Salah Farah (catholicireland.net), Bawah: Mohhamed Bouazizi (alchetron.com/Mohamed-Bouazizi), Kanan: Nicholas Winton nytimes.com/ Time.com/Petr David Josek (kolase oleh KRAISWAN)
Atas: Salah Farah (catholicireland.net), Bawah: Mohhamed Bouazizi (alchetron.com/Mohamed-Bouazizi), Kanan: Nicholas Winton nytimes.com/ Time.com/Petr David Josek (kolase oleh KRAISWAN)
Pada 21 Desember 2015, seorang guru muslim bernama Salah Farah bersama 60 orang lain di sebuah bus dalam perjalanan dari Ibu Kota Kenya, Nairobi ke Mandera. Tiba-tiba, kelompok militan al-Shabab menyerang dan menembaki bus tersebut.

Mereka menghentikan bus, sambil menodongkan senjata meminta penumpang Kristen dan Muslim berkumpul menurut agama mereka. Salah Farah, wakil kepala Sekolah Dasar di Mandera menolak perintah itu. 

Ia justru meminta para teroris membunuh mereka satu persatu tanpa membedakan agama. Teroris ini dikenal menindas umat Kristen, dan membebaskan Muslim.

Para teroris menembak Salah Farah di pinggul dan lengannya. Satu bulan kemudian ia meninggal dunia saat menjalani operasi. Sebelum meninggal, ia berpesan pada Voice of America, Januari 2016, dari tempat tidurnya, "Manusia harus hidup damai bersama." (Tebing Terjal Perdamaian di Tanah Papua, Socratez S. Yoman)

17 Desember 2010 di Tunisia, Mohammed Bouazizi, pemuda penjual buah dan sayuran di Kota Sidi Bouzid yang terbiasa hidup nrimo terkena razia. 

Polisi petugas razia tak terima Bouazizi yang tak mampu membayar denda 7 dinar (dari total 10 dinar). Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Bouazizi dari seorang polisi perempuan, di depan umum.

Bagi Bouazizi, tamparan itu penghinaan bagi mendiang ayahnya. Ia pun protes, mendatangi balai kota untuk berbicara. 

Namun tak satu pun pejabat di sana mau menemui. Merasa frustasi atas ketidakadilan, Bouazizi pergi ke taman besar di pusat kota. Ia mandi bensin, lalu menyulutnya. Dilihat banyak orang, dia berteriak kesakitan, menuntut keadilan. Mungkin dengan begitu suaranya akan didengar.

Foto bakar diri itu viral dalam sekejap. Ini representasi kesedihan rakyat. Semua tahu ceritanya dan semua punya pengalaman buruk dengan penguasa. Kejadian ini seakan mengajak rakyat bergerak. 

Sang presiden, Zine Abedine Ben Ali sempat mengunjungi Bouazizi pada 28 Desember untuk meredam kemarahan rakyat. Malang, Bouazizi meninggal pada 4 Januari 2011. Rakyat Tunisia berduka, dan murka. Bagi mereka kesewenang-wenangan polisi adalah cermin rezim Ben Ali yang diktator dan kejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun