Satu kelompok lainnya tengah asyik mengayuh sepeda dengan satu barisan rapi di pinggir agar tak menghalangi pengendara lain. Sesuai tebakan Anda, kelompok yang pertama itulah yang katanya berpendidikan tinggi. (instagram/okezone.id)
Bandingkan dengan kisah berikut.
Setelah menaklukkan Gunung Kilimanjaro, Afrika Timur dengan membawa sepeda, Mas Paimo (Indonesia) ingin mengukir sejarah melalui perjalanan "Trans Atacama Cycling Trip 2006".
Tak perlu menunggu tren, Mas Paimo mengkristalkan kesabaran, keteguhan, kesungguhan, ketangguhan, kerendahan hati, tekad dan keberanian untuk "menumbuhkembangkan olahraga bersepeda jarak jauh di tanah air". Semua persiapannya "hanya" dilakukan dalam delapan tahun. (Buku Bersepeda Membelah Pegunungan Andes, Bambang "Paimo" Hertadi Mas) Jejak petualangannya bisa dinikmati di akun instagram @le_paimo
Dean Nicholson (Skotlandia) @1bike1world, selalu membawa kucingnya, Nala, dalam perjalanan berkeliling dunia. Mulanya Dean bersepeda sendirian. Hingga suatu hari ia menemukan seekor kucing betina menangis kelaparan di tepi jalan. Dean mengadopsi si kucing dan memberi nama Nala, terinspirasi karakter singa di film The Lion King. Nala kemudian menjadi teman setia dalam perjalanannya. (instagram/okezone.id)
Masih banyak fenomena berpeseda bisa diungkap jika perlu. Jika dibuat kategori, di Bumi ini hanya ada dua kelompok pesepeda: yang banyakan gaya dan pegiat budaya. Kembali pada pembaca, hendak mendukung dan menjalani hidup seperti kubu yang mana.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H