Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mendapat Pelayanan (Bahasa Kasih-4)

14 Juni 2020   13:47 Diperbarui: 14 Juni 2020   13:57 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melakukan pelayanan kepada pasangan, foto: shmagelsbagels.com

"Apa kau merasa dicintai oleh Janice?", Dr. Chapman bertanya. "Oh, saya selalu merasa dicintainya. Ia adalah pengurus rumah tangga terbaik di dunia. Ia koki luar biasa...menjaga pakaian saya dicuci dan disetrika. Ia luar biasa kepada anak-anak. Saya tahu ia mencintai saya."

Bahasa kasih utama bagi Jim adalah mendapat pelayanan. Jika pasangan Anda memiliki bahasa kasih serupa, Anda bisa berusaha menyenangkannya dengan melayaninya, mengutarakan cinta padanya dengan melakukan berbagai hal. Memasak makanan, menyiapkan meja, mencuci piring, membersihkan rumah, mengeluarkan sampah makanan dari wastafel, membersihkan kaca depan mobil dari serangga dan banyak pelayanan lainnya.

Cikal bakal pengajaran Kristen diilustrasikan tentang pengungkapan kasih dengan pelayanan, yaitu saat Yesus membasuh kaki para muridNya. Dalam budaya waktu itu, orang berjalan kaki beralas kasut di atas jalan belum beraspal.

Pelayan tuan rumah harus membersihkan debu dari kaki para tamu. Yesus memberi teladan bagaimana mengasihi. Setelah pengutaraan kasih sederhana itu, Ia menganjurkan para murid untuk mengikuti teladanNya.

Mark dan Mary telah dua tahun menikah dan, "...kami tidak pernah setuju mengenai apa pun." Mary tidak suka suaminya pergi berburu. Sepanjang minggu Mark bekerja di pabrik, dan ia ingin pergi berburu pada hari Sabtu, apabila musim berburu tiba. "Jika musim berburu lewat, ia pergi memancing. Dan ia berburu tidak hanya hari Sabtu", Mary menyela. Hanya satu atau dua kali setahun Mark melakukannya, pikirnya tidak ada yang salah melakukan itu.

Dalam hal beribadah bersama di Minggu malam mereka juga tidak setuju karena itulah waktu Mark beristirahat. Sedangkan Mark ingin Mary tinggal di rumah sepanjang hari dan bekerja di dalam rumah. Suaminya kalap kalau dia pergi mengunjungi ibunya atau berbelanja.

Mark tidak pernah keberatan Mary mengunjungi ibu atau pergi keluar rumah, namun ia ingin saat pulang rumah tertata apik dan bersih. Mary tidak membersihkan tempat tidur selama beberapa hari, ...tidak menyiapkan makan malam. Kotoran bayi berceceran di lantai, bayi dalam keadaan kotor... Mereka tidak punya banyak harta, dan tinggal di rumah kecil milik pabrik, namun Mark ingin setidaknya rumah itu bersih. Itulah daftar keluhan Mark.

"Apa salahnya kalau dia membantu saya di rumah dan sekitarnya?", jelas Mary.

Rupanya usaha Mark saat berpacaran dengan Mary tidak lagi dilakukannya setelah menikah. Ia mengunjungi Mary hampir setiap malam, kadang-kadang datang siang hari sampai waktu makan malam, membantu mengerjakan proyek sekolah, pergi ke gereja bersama bahkan mengecat dan mendirikan panggung untuk kegiatan Natal.

Apa yang membuat Mary yakin bahwa Mark mencintainya adalah caranya membantu Mary melakukan banyak hal. Tak satu pun dari pemuda-pemuda lain pernah mengungkapkan minat dalam hal-hal demikian. Bagi Mark, itu semua wajar. Itulah hal-hal yang ia ingin seorang gadis lakukan jika ia peduli padanya.

Tapi kenapa Mark berhenti melakukannya setelah mereka menikah? Rupanya ada "warisan" dari keluarganya. Ayahnya bekerja, ibunya mengurus segala sesuatu di rumah. Ia tak pernah melihat ayahnya membersihkan lantai atau mencuci piring atau melakukan sesuatu pun di rumah. Mark pikir, begitulah seharusnya hidup berumah tangga.

Mark lupa satu hal. Mary merasa ia cintai saat menyelesaikan pekerjaan bersama-sama. Istrinya merasa tidak dicintai saat ia berhenti membantu melakukan pekerjaan rumah. Wajar melihat contoh dari orang tua dalam perkawinan. Namun sikapnya kepada Mary merupakan perubahan radikal dari masa-masa ia merebut hatinya. Satu-satunya hal yang meyakinkan Mary bahwa Mark mencintainya telah hilang.

Alasan Mark dan Mary (dan mungkin sebagian pasangan lain) tidak bahagia dalam perkawinan adalah karena mereka tidak menunjukkan cinta dengan saling melayani satu sama lain. Mary berhenti melakukan pelayanan pada suaminya karena ia benci kebiasaan Mark menuntut, seakan-akan ia ibunya. Itu karena,

Permohonan memberi arahan pada cinta,

tapi tuntutan menghentikan aliran cinta

Dr. Chapman mengeluarkan jurus, dua lembar kartu dari saku. Mark dan Mary perlu menulis daftar permohonan yang harus dilakukan pasangan yang akan membuat mereka disayangi. Setelah masing-masing selesai, Dr. Chapman membaca keras-keras daftar yang dituliskan pasangannya. Mereka sepakat bahwa jika pasangannya melakukan hal-hal itu, adalah pengungkapan cinta yang sungguh-sungguh pada diri mereka.

Jarang sekali ada pasangan memiliki bahasa kasih yang sama, seperti dialami Mark dan Mary. Tapi, kenapa mereka mengalami masalah demikian rumit? Jawabannya, mereka saling melayani, tapi bukan melakukan pelayanan yang paling utama.

Ada tiga kebenaran dapat dipelajari dari Mark dan Mary. 1) Apa yang kita lakukan satu sama lain sebelum menikah bukanlah petunjuk dari apa yang akan dilakukan setelah menikah. 2) Cinta merupakan pilihan dan tidak dapat dipaksakan. 3) [hanya bisa didengar kekasih yang telah matang] Orang cenderung mengecam pasangan mereka dengan nyaring justru mengenai hal-hal yang mereka sendiri paling butuhkan secara emosional.

Tabahkan hati Anda, kita masih akan belajar bahasa kasih nomor lima...

Dikutip dari buku Lima Bahasa Kasih, Gary Chapman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun