Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Physical Distancing ala Pasar Salatiga, Mau Mengikuti?

4 Mei 2020   19:06 Diperbarui: 4 Mei 2020   19:05 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Pedagang dan pembeli wajib pakai masker, foto: Facebook/KataKita

Barisan pedagang di pasar menjadi lebih rapi dan berjarak aman, foto: Facebook/KataKita
Barisan pedagang di pasar menjadi lebih rapi dan berjarak aman, foto: Facebook/KataKita
Para pengunjung pasar juga wajib memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dari tandon-tandon yang disediakan di beberapa sudut pasar. Pemerintah telah berupaya, efektivitasnya kembali kepada kesadaran masyarakat. Maka dibuatlah aturan, jika warga kedapatan tidak memakai masker akan didenda. Kalau tidak punya uang? Masuk bui, gantinya. Wah, hidup ini memang kejam. Sebelum pandemi hidup sudah susah, ini bakalan tambah susah.

Tempat cuci tangan di sekitar pasar Salatiga, foto: dokpri
Tempat cuci tangan di sekitar pasar Salatiga, foto: dokpri
Mari berpikir waras. Harga masker berapa sih, tidak seberapa dibanding biaya di rumah sakit jika terinfeksi---menambah beban orang lain; atau sanksi berupa denda. Meski kapan lalu sempat langka, kini jumlah dan jenis masker amat beragam dari bahan kain yang bisa dicuci dan dipakai lagi.

 Pedagang dan pembeli wajib pakai masker, foto: Facebook/KataKita
 Pedagang dan pembeli wajib pakai masker, foto: Facebook/KataKita

 Langkah pemerintah Salatiga ini menjadi upaya terbaik yang bisa dilakukan. Hidup para pedagang dan pembeli tetap dipertahankan, ancaman virus bisa ditekan. 

Atas kreativitas ini, sang gubernur Jawa Tengah yang hobi nggowes dan eksis di media sosial ini memberikan dukungannya "...ini (pasar pagi Salatiga) mulai ditata dengan baik. Siapa mau mengikuti?", ungkapnya. Keren kan! Kota boleh mungil, tapi peran dalam pembangunan (dalam hal ini pencegahan penularan virus) juga harus nyentil.

Langkah sederhana yang diambil pemerintah Kota Salatiga ini hendaknya jadi pemantik agar daerah-daerah lain melakukan perjuangan serupa, mengikuti usaha-usaha kebaikan. Bukannya kolot dengan pengertian sendiri melakukan karantina wilayah yang justru bisa membarui masalah.

Inilah citra pasar tradisional. Memutar roda kehidupan, namun tetap waspada mencegah penularan (virus).

Kalau di kotamu bagaimana, guys?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun