Masih berdasar anjuran pemerintah, pembelajaran tidak mengharuskan kurikulum sebagai tolok ukur. Guru Avan tidak hanya mengajar pengetahuan akademis, melainkan pengetahuan kontekstual yaitu pemahaman tentang membantu orang tua, menjaga kesehatan, apa itu COVID-19, dan mengingatkan untuk taat beribadah. Inilah potret sejati seorang guru. Di luar label PNS atau honorer, seorang guru sejati harus terus berusaha memudahkan muridnya bisa belajar.
Baca juga: Si Idealis Matematika, Guru Aini
Pada hakekatnya, kutipan menteri pendidikan pertama Indonesia di atas ada benarnya. Setiap orang bisa dijadikan guru, dan setiap tempat dijadikan ruang belajar. Tapi seperti dialami Guru Avan, latar belakang keluarga beberapa muridnya menyebabkan tidak semua orang bisa dijadikan guru, orang tuanya sekalipun! Maka, Guru Avan menjadi teladan ideal, bagaiman profesi dan panggilan guru bisa dihidupi bersamaan meski di tengah pandemi.
Saya yakin, ada Guru Avan yang lain di sudut negeri ini, yang jika semuanya berani "melanggar" seperti yang dilakukannya, maka ada atau tidak ada ponsel, pendidikan di negeri ini bisa maju. Semoga.
Bagi Guru Avan dan pejuang pendidikan "sekelas"-nya, saya mengangkat pena.
Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H