Billy Mambrasar dan cuitan kontoversial
Dalam salah satu cuitannya Billy menggunakan frasa "kubu sebelah", yang menurut bang Denny Siregar tidak mencerminkan persatuan. Meski sudah meminta maaf, namun jejak di dunia digital tidak bisa di-angin lalu-kan. Oleh Anggota DPR Partai Gerindra, Billy dan stafsus milenial lainnya diminta untuk berhati-hati dalam membuat pernyataan. Staf khusus dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo juga memberi nasehat yang sama agar Billy lebih bijak. (CNBC Indonesia)
Amat disayangkan, blunder yang dilakukan Billy tidak berhenti setelah dia minta maaf atas cuitannya. Dalam profilnya di LinkedIn, dia menuliskan posisinya setingkat menteri. Apakah milenial kita yang satu ini tahu apa yang dia tulis? Tahulah. Mahasiswa Oxford, gituloh! Baru setelah mendapat banyak cibiran, Billy mengganti deskripsi profilnya. (katadata.co.id)
Andi Taufan: Surat Cinta buat Camat
Andi Taufan lebih parah. Niatan Andi dalam menyatakan cinta terkait usaha memerangi pandemi tentu sah saja. Salahnya, sebagai stafsus dia tidak berwenang menyurati camat. Kedua, dia memakai kop sekretariat kabinet (Setkab). Entah dari mana Andi mendapat kop tersebut. Tidak ada pemberitaan apakah presiden tahu masalah ini sebelum viral. Sekretariat Kabinet, pihak yang namanya dicatut bahkan bergeming seolah bukan masalah besar. Ketiga, suratnya mengacu pada suatu perusahaan di mana dialah pemiliknya. Mengakui keteledorannya, Andi menarik kembali ungkapan cintanya.
Sampai tulisan ini dimuat, Andi akhirnya mengundurkan diri dari jabatan stafsus (CNN Indonesia). Niat yang sedikit lebih baik, karena tindakannya demikian fatal. Meski begitu ada catatan hitam yang dia tinggalkan.
Belva Devara: Saya Mundur
Selamat untuk Belva, seru bang Denny dari balik seruput kopinya.
CEO Ruang Guru ini dianggap berpotensi melakukan konflik kepentingan, terkait program pemerintah melalui kartu prakerja menggandeng perusahaannya. Meski Belva sudah menjelaskan, tidak terlibat dalam rapat pemilihan mitra. Namun, (mulut) netizen Indonesia selalu selangkah lebih maju. Disayangkan pula, label "milenial" sudah kadung tercoreng oleh dua rekan sebelumnya. Dianggap gegabah, dan emosional. Ditambah lagi, sebagai CEO perusahaan merangkap jabatan di lingkungan istana memberinya kemungkinan untuk terlibat kecurangan.
Karena mengalah lebih baik daripada mengaku salah
Jejak dari tiga stafsus ini menjadi "ranjau" bagi empat stafsus milenial lainnya. Jika salah melangkah, bisa celaka diberondong kritik bahkan cercaan masyarakat.