Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keputusan Tepat di Saat Darurat

7 April 2020   13:56 Diperbarui: 7 April 2020   14:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai kroco, saya tak kuasa membantah. Saya bertanggung jawab ngemong (mengayomi) anak-anak saya. Bukan perform-nya yang jadi masalah, tapi perasaan mereka. Sudah dua kali ditunda, dan sekarang mau dibatalkan? No way!

Dari tiga kali ibadah, jatah kami di ibadah 2, sedang ibadah 3 sudah diisi murid SMP. Satu-satunya peluang adalah di ibadah 1 dengan konsekuensi jam 7 sudah siap di lobi. Tambahkan, kami harus mengumumkan kepada orang tua, dadakan.

Hari H. Tiga rangkaian ibadah pembicaranya sama. Ibadah 1 dimulai, selesai materi dipaparkan, waktunya anak-anak tampil. Lancar, meski sedikit fals. Satu anak tak hadir karena orang tuanya tak membuka grup WA. Setelah anak-anak dijemput, kami bersiap untuk tugas choir di ibadah 2. Hingga selesai ibadah, jeng jeng... tidak ada perform apa pun dari pembicara.

Mewakili anak-anak, saya japri kepala sekolah, kok di ibadah 2 tidak ada tampilan. "Pembicaranya tiba-tiba membatalkan" Tiga kata yang terasa pahit. Dadakan akan mengisi tampilan yang berpotensi merenggut sukacita anak-anak saya, segampang itu dibatalkan. Fine. 

Dibatalkan atau diajukan? Saya pilih yang kedua. Sama-sama beresiko, pilihan ini lebih minim. Seandainya saya putuskan "batal" sedang pembicara yang hobi dadakan juga membatalkan tampilan, anak-anak jadi korban.

Bagi Ros, tetap produksi adalah keputusan terbaik yang diambil atasannya. Jangan salahkan virus jika harga empon-empon melonjak. Salahkan saja kelompok manusia yang latah, tak siap menghadapi "perang". Rombongan manusia yang baru mengonsumsi minuman herbal karena takut diserang virus.

Ros bekerja di sebuah home industry di daerah Jakarta. Perusahaannya memproduksi produk-produk herbal di antaranya jamu (kunyit asam, lemongrass, beras kencur) siap minum, gula jahe dan unggulannya VCO (Virgin Coconut Oil). 

Pemerintah mengampanyekan #workfromhome, namun Ros dan teman-temannya bukan ahli perangkat lunak, maka bekerja dari rumah adalah mustahil. Salah satu rekan senior Ros menganjurkan pada bosnya untuk libur demi keselamatan bersama. Syukur langkah itu tidak diambil.

Kebutuhan akan jahe meningkat tajam. Tak sampai hitungan minggu, stok gula jahe mereka ludes. Kemudian, beredar video suspek suatu virus kondisinya berangsur-angsur membaik setelah rutin mengonsumsi VCO. Stok kembali ludes. Ros dan teman-temannya tetap ngantor dengan menerapkan sosial distancing dan dalam ruang gerak terbatas. Ini menjadi momentum bagi perusahaan Ros untuk men"jamu"kan masyarakat.

Ini tentang bisnis, tapi tak semata karena uang. Seandainya atasan Ros memutuskan libur, maka sepuluh orang yang di perusahaan rumahan itu tak bisa beli beras untuk keluarganya. Pelanggan yang mengonsumsi produk mereka jadi sehat, daya tahan tubuhnya terjaga. Syukurnya harga jual mereka masih masuk akal, bukan mental spekulan.

Kampanye "Jangan mudik" menjadi penjara bagi mereka yang tidak dipekerjakan dari rumah. Berdiam diri di kos/ rumah kontrakan tanpa penghasilan adalah bunuh diri perlahan. Mau apa jika tidak kerja sedang perut dan paket data harus terus diisi. Lebih baik mudik, bisa kumpul dengan keluarga---di samping potensi besar membawa oleh-oleh virus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun