Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

K13 Asyik, Asalkan Gurunya Cerdik

8 Agustus 2019   13:38 Diperbarui: 9 Agustus 2019   11:45 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak sempurna memang, tapi di zaman medsos seperti saat ini, murid yang baru saja naik dari kelas 4 bisa merangkai cerita berdasarkan imajinasi, adalah sebuah pencapaian.

Ini juga salah satu target dari K13. Tidak melulu tentang pengetahuan dan hafalan, murid diharapkan mengomunikasikan pikirannya melalui tulisan.

Beragam cerita yang ditulis murid saya, ada yang lucu, namun sekaligus ironis. Judulnya "Panci Goreng". Apa hubungannya? Mereka menceritakan gambar tersebut secara wajar setidaknya hingga gambar ketiga. Di ujung cerita, kelinci yang mereka pelihara justru digoreng, lalu dimakan! 

Waduh, tega kali... Haruskah saya menyalahkan tulisan mereka karena tidak sesuai dengan standar saya? Namanya juga anak-anak. Saya anggap itu sisi liar imajinasi mereka. Saya mengarahkan, meski ceritanya bebas harus memperhatikan etika dalam menulis. Tidak disarankan memakan hewan peliharaan, karena hewan itu menjadi seperti teman kita sendiri, kecuali hewan khusus ternak.

I finish my horse!

Masih di subtema 1, terdapat muatan IPA dalam topik "Organ Gerak Hewan". Kegiatannya adalah membuat bagan organ gerak hewan. Menurut buku mendikbud, salah satu contoh bagannya adalah hewan kuda. Pikir saya, bagan tersebut sudah perfect. Tinggal dicetak*1) di kertas BC, diwarnai, dipotong, dirangkai, beres! Siapa sangka, ternyata kakinya hanya dua, pun depan dan belakang posisinya berbeda.

dokpri
dokpri
Saya sampai harus mengedit bagan dengan (puji Tuhan saya kok ya bisa sedikit menggunakan) aplikasi CorelDraw. Begitu ada anak yang selesai memotong, saya bantu merangkai, dan... tidak bisa berdiri. Apa salahnya? Saya merasa---mungkin seperti kebanyakan guru---ceroboh karena tidak mencoba lebih dulu. Dikarenakan waktu pengerjaan sudah habis, saya meminta murid-murid melanjutkan di pertemuan berikutnya.

Teladan sejati adalah melakukan sebelum mengajarkan

Esoknya, saya dikejutkan oleh karya Jacey, yang menyelesaikan bagan kuda pertama kali dan bisa tampil tegak! WOW! Tak pernah saya bayangkan sebelumnya, dari proyek gagal ini murid perempuan saya yang pernah mengecap pendidikan negeri singa memiliki kemampuan memecahkan masalah. Cerdas! Pola pikirnya beda dari murid Indonesia. 

Bagi anak pada umumnya mungkin menganggap tugas ini tidak penting karena "Tidak dinilai, kok". Ini salah satu bukti, bahwa mau tidak mau harus diakui sistem pendidikan tetangga lebih unggul dibanding kita. "Di kelas, murid-muridnya diam menyimak, tidak seperti di sini, ramai", Jacey menjawab keingintahuan saya tentang kondisi pendidikan di Singapura.

Jacey bisa melihat gambaran utuh dari bagan yang saya berikan, yaitu kuda mengangkat kaki depan, bukan berdiri dengan keempat kaki menginjak tanah seperti anggapan saya. Harus saya akui, di bagian ini imajinasi murid saya lebih tinggi. 'Kesempurnaan' buku K13 dan keteledoran saya menjadi problema yang ditemukan murid saya dan lalu dia pecahkan! Amazing!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun