Mohon tunggu...
Aprilita Hadiyanto
Aprilita Hadiyanto Mohon Tunggu... -

Saya seorang Ibu Rumah Tangga. Hobi saya menulis cerita untuk anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangga Kebahagiaan

6 Juli 2013   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:55 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada jaman dahulu ada sebuah desa kecil yang sangat miskin. Para penduduk di desa itu bekerja sebagai buruh di ladang-ladang kaum bangsawan. Tetatpi upah mereka sangat sedikit sehingga mereka hidup berkekurangan. Tubuh yang kurus kering dan baju yang compang-camping adalah pemandangan yang biasa terlihat di desa itu. Anak-anak kecil yang kelaparan berkeliaran menccari buah liar, umbi-umbian dan apa saja bisa dimakan untuk mengisi perut mereka. Tidak ada seorang pun yang peduli dengan orang-orang desa yang miskin ini.

Tetapi pada suatu hari datanglah ke desa miskin itu seorang pemuda tampan yang sangat gagah. Dia berpakaian yang sangat indah dan menunggang seekor kuda putih yang kuat dan perkasa. Para penduduk desa berkerumun untuk melihat pemuda bangsawan itu.

"Wahai penduduk desa, aku membawa kabar baik bagi kalian. Aku mengundang kalian untuk tinggal di negeriku. Di sana kalian tidak akan hidup kekurangan lagi. Di negeriku, kalian akan kubawa ke padang rumput kebahagiaan. Di sana kalian akan kubawa ke padang rumput kebahagiaan. Di sana kalian akaan hidup tentram dan bahagia selamanya." Seluruh penduduk desa merasa senang mendengar hal itu.

"Tapi di manakah negerimu itu tuan? Dan bagaimana kami bisa pergi ke sana?" Mendengar  pertanyaan itu sang pemuda tersenyum lalu dia bersul. Tiba-tiba datanglah seekor burung rajawali berwarna putih dan bercahaya.

"Ikutlah burung rajawali putih ini. Dia adalah sahabatku. Dia akan menuntun kalian menuju negeri kebahagiaan. Taatilah semua perkataannya." Setelah mengatakan hal itu si pemuda menghilang. Para penduduk desa yang melihatnya terkejut dan tercengang. Namun sebuah suara menyadarkan mereka.

"Ayo, kita harus pergi sekarang!'Seru si burung rajawali.

"Tapi kami belum mempersiapkan perbekalan untuk perjalanan ini." Sahut penduduk desa.

"Kalian tidak perlu membawa apa-apa. Aku akan menyediakan segala sesuatu untuk kalian. Hanya satu pesanku, janganlah kalian mengambil dan membawa apapun yang kalian lihat di sepanjang perjalanan."

Maka berangkatlah seluruh penduduk desa mengikuti si burung rajawali. Perjalanan mereka sangat jauh, namun mereka tak kekurangan makanan karena setiap pagi semut-semut datang membawa roti dan lebah-lebah membawa madu bagi mereka. Embun pagi menyediakan air yang melimpah bagi mereka.

Pada suatu hari para penduduk desa itu melintasi hutan yang sangat lebat. Pohon- pohon itu berkilauan karena buah dan daunnya terbuat dari emas dan permata. Melihat hal itu para penduduk desa lupa akan pesan rajawali.

Dengan rakusnya mereka mengambil emas dan permata itu sebanyak-banyaknya. Hanya seorang gadis kecil yang tidak melakukan hal itu, bahkan dia berusaha mengingatkan para penduduk desa lainnya, tapi tidak ada yang mau mendengarnya.

Dengan gembira para penduduk desa melanjutkan perjalanan. Kini mereka hampir sampai di negeri kebahagiaan. Tapi di hadapan mereka ada sebuah tangga yang sangat tinggi.

"Inilah jalur menuju pintu gerbang neheri kebahagiaan. Naiklah!"

Seluruh penduduk desa mulai menaiki tangga itu tapi karena mereka membawa emas dan permata yang banyak mereka mulai merasa lelah. Anehnya semakin mereka naik, semakin beratlah emas dan permata yang mererka bawa. Tapi tidak ada satu pun yang mau melepaskan dan membuang barang-barang itu. Lama kelamaan satu persatu, para penduduk desa mulai menyerah, mereka tidak mau melanjutkan perjalanan lagi. Bahkan banyak yang jatuh terjungkal ke bawah dan ketika mereka sadar emas dan permata yang mereka bawa berubah menjadi batu, orang-orang desa itu berusaha menaiki tangga kembali, tapi sayang tangga itu telah menghilang. Hanya si gadis kecil yang tak membawa apa-apa naik terus dan terus. Akhirnya dia sampai di sebuah pintu gerbang yang sangat indah, permai dan damai. Orang-orang berpakaian putih menyambutnya dengan penuh sukacita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun