Mohon tunggu...
Rmr Wangsa
Rmr Wangsa Mohon Tunggu... Karyawan -

Ia sekata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hanya Butuh 1 Detik untuk Menularkan Fobia

26 November 2016   10:24 Diperbarui: 27 November 2016   19:49 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Rasa takut terhadap objek tertentu secara berlebihan yang sering kali menyebabkan depresi, kecemasan serta kepanikan merupakan penyakit kejiwaan yang disebut fobia. 

Ada banyak jenis fobia yang dapat diderita oleh seseorang seperti takut hantu, takut serangga, takut melihat ketinggian, takut makan, takut akan lubang-lubang kecil, takut akan pernikahan, takut dengan lelaki atau takut dengan perempuan. Salah satu jenis fobia terbaru adalah rasa takut, gelisah dan cemas ketika tidak menyentuh ponsel dalam satu hari.

Fobia dapat terjangkit kepada siapa saja, kepada anak-anak maupun orang dewasa. Fobia bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi fobia dapat diturunkan secara sengaja maupun tidak sengaja dari orang tua terhadap anaknya, dari lingkungan masyarakat, dari media massa maupun dari media sosial. Fobia dapat ditularkan kepada seseorang melalui penghilatan secara langsung dan perbincangan.

Penularan fobia tidak memerlukan waktu yang lama. Cukup 1 detik saja, seseorang dapat tertular fobia dari jenis fobia tertentu. Penderita fobia jika tertular akan merasa cemas, gelisah, jijik, seram dan berbagai macam depresi yang dapat dialami ketika tertular penyakit fobia. Tidak jarang penyakit ini menimbulkan efek lain ketika rasa takut atau depresi-depresi lain yang dialami seseorang sudah tergolong parah. Penderita fobia dapat dinyatakan gila jika mengalami fobia yang parah.

Penyembuhan fobia dapat membutuhkan waktu yang lama, hal ini berbeda dengan penularan fobia yang hanya membutuhkan 1 detik. Penderita dapat mengalami fobia hingga seumur hidup. Menangani penderita fobia, memerlukan perlakuan khusus dan tidak mudah. Tiap-tiap penderita fobia, perlu penanganan secara berbeda-beda dikarenakan perbedaan jenis penyakit fobia dan perbedaan perwatakan manusia.

Sumber Penularan Fobia

Keluarga dapat menjadi sumber penularan fobia. Salah satu ancaman fobia dari keluarga yang dapat ditularkan kepada anggota keluarganya berupa ancaman rasa takut terhadap anak agar anak patuh terhadap orang tua. Bentuk fobia di keluarga seperti kata-kata, “ayo tidur nanti ada setan jika tidak tidur atau ayo makan biar tidak sakit, kalau sakit nanti disuntik”. Contoh-contoh tersebut terlihat wajar, akan tetapi tanpa disadari bahwa kata-kata tersebut dapat memberi efek buruk terhadap kejiwaan anak yaitu fobia.

Tidak ada yang salah dari tujuan orang tua untuk mendidik anaknya menjadi patuh dan disiplin, akan tetapi cara pengajarannya yang kurang tepat. Anak dapat mengalami ketakutan terhadap jarum suntik dan hantu akibat dari perkataan di atas. Anak dapat mengalami ketakutan hingga dewasa. Cara orang tua mendidik anak tersebut dapat membuat anaknya yang telah beranjak dewasa dan menikah hingga menularkan kembali kepada keturunannya.

Mengajarkan dan mendidik anak, diperlukan pemilihan kosakata yang baik untuk menghindari dampak buruk terhadap perilaku dan kejiwaan anak. Contoh kosakata yang dapat dipakai sebagai kata-kata ajakan dari peristiwa di atas, “ayo tidur agar besok segar”. Contoh lain, “ayo makan biar sehat dan bisa ketemu nenek lagi”. Bijak memilih kosakata untuk mengajarkan dan mendidik anak agar anak dapat memahami perintah-perintah dan membuka wawasan hidup adalah sangat diperlukan bagi orangtua.

Selain keluarga, masyarakat dan media sosial (medsos) juga dapat menjadi sumber penyakit fobia. Banyak dari masyarakat yang sudah menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi atau sebagai alat penukar informasi. Sebagai alat komunikasi, media sosial kerap kali dipakai masyarakat untuk memberikan informasi-informasi seputar pengetahuan atau wawasan yang mereka ketahui dengan tujuan-tujuan tertentu. Tidak jarang pengetahuan yang diberikan hanya sebatas pengetahuan yang kurang mendalam.

Salah satu contoh sumber fobia dari pengguna medsos di kalangan masyarakat yaitu pemberian informasi berupa uji coba fobia jenis-jenis tertentu dengan gambar-gambar yang menakutkan. Tidak dapat dipahami tujuan dari uji coba yang diinginkan oleh pengguna medsos tersebut, apakah untuk memberi wawasan atau hanya candaan saja. Apapun tujuan pengguna medsos tersebut, dampak yang akan terjadi adalah pembaca atau yang melihat dapat mengalami trauma terhadap apa yang diinformasikan.

Cukup dengan 1 kali melihat gambar tersebut dan hanya 1 detik, pembaca dapat mengalami gejala fobia bahkan dapat mengalami trauma yang berat yang tidak bisa disembuhkan hanya dalam waktu yang singkat. Jika pembaca mengalami trauma yang berat, pengobatan yang dilakukan tidak akan mampu dengan cara pemberian solusi penyembuhan melalui medsos kembali. Lalu, apakah pemberi informasi tersebut dapat bertanggung jawab terhadap apa yang diinformasikannya? Menurut saya, tidak.

Ini dapat dikatakan informasi yang dapat merusak kejiwaan seseorang. Perilaku sosial seperti di atas menggambarkan perilaku sosial yang tidak terdidik. Pengguna sosial yang memberikan informasi seputar fobia dengan cara memasang gambar yang aneh yang dapat mengganggu kejiwaan seseorang, dapat saya nyatakan bahwa pengguna sosial tersebut telah lalai dalam memberikan informasi dan menyalahi aturan moral masyarakat sosial.

Tidak hanya di kalangan masyarakat yang dapat menjadi sumber penularan fobia. Perusahaan-perusahaan atau instansi-instansi dapat menjadi sumber penularan fobia. Contoh nyata, gambar yang tertera pada bungkus rokok. Gambar yang ada pada bungkus rokok digunakan sebagai peringatan akibat bahaya merokok yang ditujukan kepada konsumennya. Alih-alih memberi peringatan, dapat berdampak buruk terhadap masyarakat yang melihat peringatan tersebut meski masyarakat tersebut bukan merupakan konsumen.

Perokok tidak jera terhadap gambar tersebut. Untuk menghentikan perokok atau setidaknya mengurangi perokok, menurut saya hanya dari masalah harga. Isu yang beredar beberapa bulan lalu mengenai lonjakkan harga rokok, membuat masyarakat resah dan waspada untuk mengkonsumsi rokok. Ini dapat dijadikan studi kasus untuk menilai kembali masalah pengurangan konsumen rokok memakai gambar yang dapat menularkan fobia.

Saya sendiri belum melihat ada kasus akibat gambar aneh-aneh tersebut yang berdampak parah, akan tetapi beberapa tahun yang lalu ketika pertama kali saya melihat gambar pada bungkus rokok dan gambar yang ada pada blog-blog yang saya temukan dengan mesin pencari situs, saya merasa takut. Saat itu, untuk pertama kalinya saya menyadari bahwa saya juga memiliki ketakutan akan gambar-gambar yang aneh. Menurut saya, ketakutan tersebut yang disebut gejala fobia. Saya bersyukur karena dalam waktu kurang dari 1 bulan, saya sendiri dapat mengurangi rasa takut dengan cara menjauhi gambar-gambar aneh yang bisa menyebabkan saya merinding.

Pesan-pesan

Saya seorang penderita fobia dari beberapa jenis penyakit fobia. Melalui tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk menularkan fobia. Tulisan ini hanya semata-mata untuk membuka wawasan kepada khalayak ramai agar tidak ada lagi hal-hal yang dapat mengganggu kejiwaan seseorang secara sengaja maupun tidak sengaja dengan tujuan yang baik maupun yang tidak baik, yang dapat menularkan penyakit fobia. Saya akan sangat senang jika tidak ada lagi informasi-informasi yang dapat menyebabkan fobia.

Bukankah kita akan menjadi lebih baik jika kita menjadi pribadi yang tangguh, tidak kenal rasa takut dan tidak mempunyai kecemasan? Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Ada satu jenis fobia yang menurut saya baik untuk ditularkan kepada bangsa yang hebat ini, meski untuk menularkan penyakit ini membutuhkan waktu dan proses yang tidak mudah serta tidak sebentar yaitu takut akan dosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun