[caption id="attachment_417313" align="aligncenter" width="621" caption="Foto by Nad"][/caption]
Objek wisata Great Wall di China tentu sudah terkenal. Tembok raksasa buatan manuasia yang berdiri sepanjang ribuan kilometer dan di buat pada abad ke 9 SM. Mendengar sejarahnya, pastilah ada terbersit keinginan kita untuk mengunjunginya di suatu waktu nanti. Namun jika belum berkesempatan kesana tidak usah khawatir karena bagi Anda yang berdomisili di Kalimantan, ada suatu kawasan yang serupa tembok di China bahkan lebih unik karena bebatuannya yang menyerupai tembok terbentuk secara alamiah.
Batu Dinding dari Kejauhan … Tembok yang terbentuk secara alamiah
Sayang ya, ada tangan – tangan tak bertanggung jawab yang mengotori bebatuan di puncak Batu Dinding
Photo : Wd
Objek wisata ini berupa alur batu dengan jurang di kiri kanannya yang hanya selebar sekitar 1 meter saja dengan panjang berliku 500 an meter. Kawasan Batu Dinding, nama objek wisata tersebut terletak di daerah Samboja, Kutai Kertanegara – Kalimantan Timur. Posisinya terletak di Kilometer 45 (KM 45) pada poros Balikpapan menuju ke Samarinda, Ibukota Kalimantan Timur. Lebih tepatnya, sebut saja bahwa lokasi ini berada 5 KM sebelum Rumah Makan Tahu Sumedang di poros KM 50. Berhati-hati lah di tapal KM 45 setelah jembatan dimana pada gapura masuk tertulis arah Batu Dinding yang ditulis dengan huruf yang tidak terlalu besar.
Penduduk Desa menyusuri jalan bebatuan
Photo : Wd
Kebun Buah Naga
Photo : Wd
Jalan setapak yang terus menanjak
Pohon Lada / merica
Ternyata mobil besar tidak bisa masuk, sehingga harus stop disini :(
Terlihat seperti batu red Borneo bukan ? :P
Wajib menuliskan daftar penmgunjung di Post 1
Untuk mencapainya lebih cepat dan tidak terlalu lelah berjalan menanjak, gunakan saja kendaraan roda dua dan parkir di sebelum 1 Km dibawah lokasi. Bahkan, belakangan sudah banyak penduduk setempat yang tadinya hanya mengelola kebun lalu menjadi Ojek Motor dadakan yang stand by untuk mengangkut pengunjung dari lokasi dimana mobil parkir karena tidak bisa memasuki kawasan. Berjalanlah perlahan dan atur napas dengan teratur karena jalan yang dilalui berupa jalan tanah yang menanjak dan terkadang licin dan curam.
Hati-hati, salah langkah maka jurang menganga di kiri kanan jalan
Photo : Nad
[caption id="attachment_1737" align="aligncenter" width="432" caption="Photo : Wd"]
![batu dinding jalur](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/555680ae0423bd857b8b4573.jpeg?t=o&v=770)
Batu Dinding Nampak lebih indah dinikmati saat matahari terbit atau tenggelam. Di saat – saat itu, kawasan akan ramai oleh pengunjung yang menanti matahari di dua momen tersebut. Namun mulai memasuki kawasan pada pukul 7 pagi, kita akan lebih leluasa untuk menikmati indahnya panorama dari atas Batu Dinding tanpa terlalu banyak pengunjung yang berdesakan.
Nah, bisa menjadi tempat yang pas untuk mengisi waktu libur ataupun untuk kegiatan outing dan gathering kantor bukan ? Mencapainya memang penuh tantangan dan peluh namun sepadan dengan apa yang kita dapatkan di puncak perjalanan.
[caption id="attachment_1749" align="aligncenter" width="475" caption="Photo : Wd"]
Rehat di tengah perjalanan menuju puncak Batu Dinding
Makan Siang di KM 50 – Tahu Sumedang. Muka lelah setelah pendakian :D
Photo : Nad
Share this:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI