Metode iodometrik menggunakan dua jenis indikator, yaitu kanji dan Iodin yang dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intensitas untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin--kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodine. Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksida yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksida yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.Titrasi Iodium juga adalah salah satu metode analisis yang dapat digunakan dalam menghitung kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh Iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera terdeteksi oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda. Kadar vitamin C dapat diketahui dengan perhitungan 1ml 0,01 N larutan Iodium = 0,88 mg asam askorbat. Kekurangan dari metode ini yaitu ketidak akuratan nilai yang diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain (Wijanarko, 2002).
      Terdapat juga metode DPPH untuk mengidentifikasi vitamin C. Metode DPPH merupakan metode in vitro yang memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Sunarni, dkk.,2007). Metode ini sering dipilih sebagai metode pengujian aktivitas antioksidan karena sederhana, mudah, cepat, peka dan memerlukan sedikit sampel. Metode ini hanya membutuhkan senyawa DPPH yang bersifat stabil dan senyawa pembandingan seperti vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Selain itu, metode ini tidak memerlukan substrat karena radikal bebas sudah tersedia secara langsung untuk menggati substrat (Packer, 2002). Hasil dapat diamati dengan perubahan larutan dari ungu menjadi kuning. Perubahan warna menunjukkan bahwa DPPH telah tereduksi oleh proses donasi hydrogen atau electron dari senyawa antioksidan sehingga warnanya berubah dari violet ke kuning dan DPPH tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm ( Yamaguchi, 1998).
      Metode kualitatif, Prosedurnya yaitu Alat yang digunakan dalam pengujian vitamin C ini adalah: Tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes, kaki tiga, kasa, bunsen, gelas air mineral, thermometer sedangkan bahan yang digunakan dalam pengujian vitamin C ini adalah: air, Tablet Vitamin C 50mg, sari buah jeruk nipis, sari buah mentimun, sari buah wortel, sari buah bengkuang, sari buah tomat, betadine dan spiritus . Sebelum dilakukan uji vitamin C, bahan yang akan di uji dihaluskan terlebih dahulu dengan cara di parut lalu disaring untuk mendapatkan sarinya. Setelah itu disiapkan tabung reaksi yang diisi dengan larutan betadine sebanyak 1 ml. Dibuat juga larutan vitamin C 0,1g dengan cara melarutkan 20 butir tablet vitamin C 50mg ke dalam 10 ml air. Larutan tersebut digunakan sebagai kontrol pada pengujian ini. Setelah semua larutan disiapkan, diteteskan air dari bahan yang diuji pada masing-masing tabung reaksi yang berisi 1ml larutan betadine. Dihitung berapa tetesan larutan untuk menjernihkan larutan betadine. Pengujian yang kedua dilakukan dengan memanaskan larutan uji terlebih dahulu pada air 100oC selama 10 menit. Setelah dipanaskan, dilakukan pengujian kembali dengan cara yang sama dengan pengujian sebelumnya. Untuk metode kualitatif ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya yaitu pengerjaannya sederhana, mudah dilakukan tetapi kurang sensitif.
DAFTAR PUSTAKA
Arel, Afdhil, Martinus , B. A., dan Ningrum, S. A. 2017. Penetapan Kadar Vitamin C Pada Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C. Weber) Britton & Rose) dengan Metode Spektofotometri UV-Visibel. Jurnal Scientia Vol 7. No. 1 hal 3
Carr A. C., and Frei B.1999. Toward a New Recommemded Dietary Allowance for Vitamin C Based on Antioxidant and Healt Effect in Humans Am. J. Clim. Nutr. 69. 1086-1107
Citraningtyas, G., & Karinda, M. (2013). Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi -- UNSRAT, 2(01), 2302--2493.
Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Karinda, M. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektofotometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi 2(1)
Packer, L, Traber, MG, Kraemer, K, Frei, B. 2002. The antioxidant vitamins C and E: vitamins C and E for health. J Am Oil Chem Soc.
Pauling,L. 1970. General Chemistry Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru Sastrohamidjojo., Hardjono. 2005.v Kimia Dasar. Yogyakarta : UNY Press
Putri, M. P., & Setiawati, Y. H. 2015. Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Nanas Segar (Ananas comosus (L.) Merr) dan Buah Nanas Kaleng dengan Metode Spektofotometri UV-VIS. Vol. 2 No 1 hal. 37