Mohon tunggu...
Rimbun Ilalang
Rimbun Ilalang Mohon Tunggu... Programmer - Terjerumus ke dunia IT dan tertarik dengan dunia literasi. Kunjungi rumah saya yang lain di rimbunilalang.id

Asli Majalengka. Kerja di Jakarta. Tinggal di Balaraja.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Arteria Dahlan, Bahasa Sunda dan Bahasa Anak Jaksel

19 Januari 2022   06:23 Diperbarui: 19 Januari 2022   06:25 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sampai detik ini, saya belum menemukan informasi tentang bagaimana Kajati bicara dalam bahasa sunda ketika rapat kerja atau rapat koordinasi dengan Komisi III DPR

Apakah menggunakan bahasa sunda sepanjang rapat? Atau sepanjang berbicara selalu menggunakan Bahasa sunda, mulai pembicaraan pembuka hingga penutup? Atau hanya sesekali terlontar istilah/kosakata sunda?

Lahir dan dibesarkan di wilayah parahyangan seperti saya, sebuah tantangan tersendiri ketika bicara dalam Bahasa Indonesia “full” sepanjang pembicaraan. Entah itu dalam forum resmi semisal rapat atau dalam komunikasi keseharian bersama rekan kerja.

Sesekali terucap istilah atau kosakata sunda secara spontan. Tanpa dipikirkan. Beberapa kosakata yang sering terdengar seperti mangga, pisan, kumaha, da atuh, cing, we, punten dan masih banyak lagi, berikut penggunaannya yang didukung dengan logat sunda yang kental.

Coba bayangkan suasana rapat ketika ada peserta rapat berbicara seperti berikut :

* * *

Mohon izin, pimpinan, berpendapat.

Kalau menurut hemat sayah, mah pak. Bagaimana data bisa bersih, kalau kita tidak memperbaikinya dari hulu.

Cing coba bapak-bapak pikirkan! Ibarat kita membuka kran, ternyata air yang keluar kotor pisan. Repot atuh kalo sedikit-sedikit beli filter air.

Maka, cara terbaiknya adalah kita cek tabung penampungan air. Jika kotor, kita kuras dulu atuh penampung airnya. Kalau ternyata air yang masuk ke penampungannya yang kotor, mangga kita cek lagi sumber airnya dari mana? Air sumur atau dari PAM?    

Punten yah, bapak-bapak, izin berkenan saya memberikan closing statement : jadi apapun masalahnya, kita teh harus mencari solusi dengan mencari akar permasalahannya.

* * *

Bagaimana? Pernah mengalami suasana seperti rapat di atas. Atau mungkin secara langsung pernah ngobrol dengan orang Bandung, Garut, Sumedang yang kental dengan sundanya?

Saya sering mendengar rekan kerja dari jawa (suku Jawa), ketika rapat mereka pun kadang secara spontan menggunakan istilah jawa seperti piye, monggo, wis lah, blas, embuh dan lainnya. Anehnya peserta rapat paham maksudnya. 

Entah karena memang sudah familiar terdengar di kehidupan sehari-hari, atau mungkin karena kosakata/istilah tersebut hanya digunakan sesekali dengan tidak mengubah arti dan makna dari apa yang disampaikan.

Jadi, saya masih mencari-cari informasi, penggunaan Bahasa sunda yang seperti apakah, yang digunakan salah satu Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) ketika rapat dengan DPR, sehingga pak Arteria Dahlan (anggota Komisi III DPR Fraksi PDIP) meminta pak Kepala Kejaksaan Agung (Kajagung) untuk “menggantinya”, yang bagi beberapa netizen bahkan selevel Kang Ridwan Kamil mengganggap kata “mengganti” ini  berarti memecatnya.

Kalau memang, ternyata pak Kajati menggunakan full bahasa sunda ketika bicara di forum rapat, saya kira pak Arteria sudah tepat memohon kepada Kajagung untuk menegurnya. Tapi, pun tidak secara arogan dengan “menggantinya”. Terlalu berlebihan.

Tapi kalau penggunaan bahasa sunda hanya pada istilah/kosakata tertentu, rasanya ini hal yang biasa terjadi dalam forum apapun. Terlebih bagi orang-orang yang masih kental dengan bahasa ibunya.

Andai seseorang, spontanitas menggunakan istilah/kosakata bahasa lokal dalam komunikasi formal, diminta untuk ditindak tegas, bagaimana dengan orang yang spontanitas menggunakan bahasa asing seperti yang biasa digunakan Anak Jaksel, yang justru ini kadang secara tak sadar digunakan banyak tokoh-tokoh nasional/para pejabat dalam berbagai forum?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun