Dia mengajak aku naik gunung, melihat keindahan alam, lautan awan membentang udara sejuk tanpa kebisingan manusia tidak berguna. Dialam semuanya nyata tidak ada yang berpura-pura.
Sedotan menyentuh bibirnya, hijau jus kiwi perlahan menyegarkan tenggorokan yang Lelah berteriak, "iya aku sudah ngajak temen, nanti kita berangkat berenam, tiga laki-laki dan tiga perempuan."
"Teman kamu berempat semuanya pacaran." Aku penasaran bertanya.
"Iya mereka semuanya berpacaran".
"Khemmm. Khemmm." Tersedak
Gemetar mendengar apa yang dia utarakan, teman-temanya akan berangkat dengan pacarnya. Aku bingung jikalau memaksakan hatiku belum kuat.
Membayangkan aku membawa ransel berisi tenda, air dan makanan persediaan, berjalan dengan sepatu gunung, membawa topi melewati setiap hutan, bermalam di dalam tenda, membuat makanan. Sungguh mental aku belum sejauh itu, meski aku memiliki rasa tapi rasanya mustahil satu tenda sama Rini.
"Kenapa?" dia menyodorkan gelas, "ini minum, hati-hati kalau makan."
"Rini apa kamu yakin, nanti kita bakal berangkat berenam dengan mereka, dia berpasang-pasangan, lah kamu sama siapa?" tanyaku sedikt tersenyum mencairkan suasana.
Bibirnya terlihat manis pipinya sedikit merah "iya aku sama kamu".
Jantungku berdetak kencang, keramaian kedai itu tidak terdengar hanya keheningan dalam hati aku rasakan, diam membeku, menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang Nampak di depan mata. Jawaban itu, aku bingung menerjemahkan, sebagai seorang lelaki yang memang memiliki rasanya tidak biasa mendengar pernyataan itu.