Mohon tunggu...
Wamin Apriansyah
Wamin Apriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Hadapi, Hayati Nikmati

Spesialist Copywritting and Sosial Media, Digital Marketing,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Suara Meja Kopi

4 September 2023   22:17 Diperbarui: 4 September 2023   22:26 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Suara Dari Meja Kopi sumber gambar pixels

Aku masih terdiam didalam rumah, rasanya malas sekali untuk keluar berjalan menghirup udara segar. Belakang ini aku betah dikamar menyakasikan berita yang tidak karuan, setiap hari disuguhkan oleh tayangan berita pembunuhan, pemerkosaan, dan politik yang tidak pernah memiliki kepastian.

Siaran televisi di Negara ini makin membuat isi kepala berantakan, tontonan membuat mata rasanya perih. Aku mencoba mengalihkan mata dengan membaca berita di sosial media, tidak jauh berbeda dengan apa yang ditayangkan ditelevisi, media sosial semakin parah, tulisan tidak berdasar, cemooh, ejekan bahkan fitnah berterbangan saling serangan, kebenaran pun diragukan.

Seperti yang sedang ramai sekarang berita pencalonan presiden, pelaksanaan masih lama tapi seakan para pendukung saling menyalahkan satu sama lain, bahkan ada yang bilang sebuah "penghianatan".

Dimedia sosial orang orang suka berperang pandangan, perihal warna kebanggan, merah, hijau, kuning biru semuanya memeiliki padangan warna rumah sendiri yang paling benar. Sungguh aku tidak mengerti tentang semua ini.

Belum lagi di meja kopi warung pinggir kota, disawah orang saling berpandangan seakan mereka mengerti semua apa yang dilakukan oleh para elit politik. Belum lagi generasi muda, mulai ikut ikutan fanatik menjustifikasi kawan sendiri sudah memiliki warna.

Generasi milenial berperan melalui internet, membuat akun untuk mengunggulkan nama seseorang yang membayarnya. Meyebar tulisan menggiring opini untuk mengarahkan kesalah satu kandididat lawan. 

Lempar kata balas kalimatfitnah diamana-mana,  meme berterbangan saling menyerang, akhir ini semakin tidak terkendali para pengguna sosial media sudah terdoktrinasi oleh tulisan, gambar bahkan video penuh janji para politisi.

Meme yang dibuat dari gambar tidak semonoh di unggah ke media sosial dengan harapan mendapatkan like dan komentar banyak. Mereka tidak sadar sedang merendahkan kreatifitas seseorang. Sungguh aku tidak dapat menanggapi apa yang terjadi pada media sosial.

Malam itu angin berhembus semilir, rembulan menyinari malam, bintang menemani rembulan, aku berjalan keluar menikmati keindahan malam. sembari menikmati kopi aku mengajak temanku berdiskusi, ia seorang aktivis yang sering berkomunikasi dengan anggota dewan membicarakan masa depan Negara.

ia seorang mahasiswa pergerakan, tidak jarang ia turun  ke jalan menyuarakan aspirasi masyarakat kepada para penguasa, melakukan unjuk rasa. dengan keberanian dan nalar pikiran yang tajam aku mencoba bertanya padanya 

"apa peran media sosial, bagi politisi, semua tulisannya tersusun rapi menawarkan janji, tidak sering juga melihat opini berterbangan saling menjatuhkan,  ?"

"kamu tidak tahu era digital sekarang hampir semua orang bermain media sosial. Media sosial bagi politisi sebagai wadah untuk melakukan promosi dan mempengaruhi orang untuk memilihb dirinya." jawabnya dengan nada santai sepertinya semua itu sudah hal yang lumrah

Mendengar jawaban temanku, aku yang terbiasa menggunakan media sosial sebagai wadah berjualan online. Semakin tidak mengerti maksud dari para politisi.  aku menyeruput kopi, menelaah memikirkan jawaban temanku itu 

ia melanjutkan jawabanya "selanjutnya, media sosial juga bermanfaat untuk menyebarkan informasi tentang keunggulan dirinya, menyerang lawan politiknya dengan berita tidak berdasar." Lanjut dia

Aku tidak tahan dengan apa yang ia sampaikan, menyebarkan berita hoax. 

"bukannya media sosial untuk promosi jualan online, kalau jualan janji untuk apa, jualan program buat apa, apa lagi menyebarkan berita hoax itu kan tidak diperbolehkan". bantahku

"kamu tidak mengerti saja, strategi para politisi sekarang seperti itu untuk bisa menyakinkan masyarakat, atau menggiring opini publik dengan menyebarkan berita hoak agar dapat menjatuhkan lawanya dimata masyarakat, Narasi berita dipermainkan membuat berita semenarik dan sebagus mungkin agar namanya dapat unggul dimata publik, meskipun nyatanya tidak seperti itu."

Sungguh sekejam itu kah politik, kata yang indah kalimat yang bermakna, dimainkan begitu saja berita-berita bisa dibuat sesuka keinginannya, mengunggulkan demi mendapatkan keyakinan masyarakat.

Setengah gelas kopi tersisa, sedikit dingin tapi tidak dengan obrolan malam itu, hati kecilku  bergetar mendengarkan penyataan temanku itu, "aku tidak sepakat kalau tulisan itu untuk mempengaruhi masyarakat, menghasut masyarakat dan mengadu domba masyarkat dengan berita hoax."

Matanya tajam menatapku, wajahnya di dekatkan "kamu ini mau tidak sepakat pada siapa ?, semua bebas dilakukan di media sosial yang penting jangan mencemarkan namai baik, sara dan menyebut merek lawan politik, bukankah segala cara dapat dilakukan dalam politik?".

Obrolan itu membuatku menyadari bahwa  berita-berita yang ditayangkan ditelevisi itu memang sesuka keinginan yamg diberitakan. Aku harus mulai membacca tentang politik apalgi akhir akhir ini sedang ramai kontestasi, agar tidak terkontaminasi terpengaruh pada berita dan janji. menjelang kontestasi banyak membaca berita, serta menyaring berita yang tidak berdasar. 

Setelah kopi habis malam itu aku tutup obrolan, aku pulang dengan berjalan kaki dibawah rembulan yang menyinari negeri ini, biarkan tetap bersinar jangan terpengruh oleh keadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun