Mohon tunggu...
Walter Balansa
Walter Balansa Mohon Tunggu... -

A lifelong learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Aborsi di Indonesia

1 Maret 2016   05:31 Diperbarui: 1 Maret 2016   07:16 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, kerbehasilan memahami gagasan itu membawa banyak dampak positif. Kita dapat membantu remaja mendapatkan informasi yang benar dan jujur mengenai seks dan akses layanan kesehatan reproduksi serta mengekspresikan seksualitas mereka dengan cara yang sehat dan aman—cara-cara yang pada gilirannya akan mengurangi KTD dan aborsi pada remaja.

Sebetulnya dukungan untuk pendidikan seks sudah mulai marak di Indonesia. Tapi, kita tak boleh lupa bahwa dampak keberhasilannya cuma sekitar 18% sedangkan penggunaan alat kontrasepsi secara efektif menyumbang 82% keberhasilan. Dengan kata lain, untuk memerangi aborsi, pemerintah harus menerapkan pendidikan seks terintegrasi sekaligus mempermudah akses alat kontrasepsi untuk pasangan kawin maupun remaja.

Dengar apa kata Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama tentang isu ini! “Orang Jakarta harus dipaksa mengecek status HIV-nya. Kalau mau ‘nakal’ tetap pakai kondom ini bukan hal yang memalukan”.

Sesungguhnya, kata Bernard Gerd dari Harvard, “pendidikan seks maupun penyediaan alat-alat pencegah kehamilan tak menyalahi aturan atau moral manapun”.

Jika agama yang akan dijadikan alasan, maka laporan hasil riset Guttmacher Institute dapat menjadi referensi buat kita. Untuk kasus serumit aborsi pun, ternyata 82% pemuka agama masih bisa mendapatkan titik temu, menyetujui praktek aborsi pada kandungan yang membahayakan nyawa ibu.

Jadi, jika pendidikan seks dan penggunaan alat kontrasepsi secara efektif atau kombinasi dari dari keduanya dapat menekan KTD dan angka aborsi atau dengan kata lain menyelamatkan jutaan nyawa, haruskah kita menunda penerapan kedua metode ini sementara korban terus berjatuhan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun