Mohon tunggu...
Walter Balansa
Walter Balansa Mohon Tunggu... -

A lifelong learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Siput Kerucut, Si Tukang Sihir dari Laut

28 Desember 2015   11:16 Diperbarui: 13 Januari 2016   11:27 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa persamaan antara siput kerucut dan Harry Potter? Keduanya adalah penyihir! Perbedaannya? Harry Potter menggunakan tongkat sihir dan mantra “Avada Kedavra” untuk mengalahkan lawannya, tapi siput kerucut menggunakan proboscis (“hidungpanjang” seperti belalai gajah), bisa atau hormon insulin untuk melumpuhkan mangsanya.

Berbeda pula dengan mantra Harry Potter yang hanya berguna untuk melumpuhkan lawan, bisa dan hormon insulin siput kerucut bermanfaat secara medis, sebagai kandidat berbagai obat syaraf dan diabetes mellitus (penyakit gula) serta merupakan analgesik (pemati rasa) terampuh saa tini.

Potensi medis siput kerucut memang tampak sangat bertolakbelakang dengan reputasinya sebagai “pemanah dan pembunuh tercepat di laut” yang menurut sebuah artikel ilmiah ternama Nature telah merenggut nyawa 30 orang.

Biasanya bersembunyi di balik pasir atau lumpur, siput kerucut menunggu mangsanya. Dia menarik perhatian mangsanya dengan proboscis, yang dapat digerakan seperti cacing muncul dari pasir. Ketika ikan mendekat karena penasaran, siput kerucut akan melepaskan harpoon–semacam lembing terikat tali panjang—berisi bisa atau hormon insulin.

“Bisa atau hormon insulin yang dihasilkan oleh hewan-hewan ini [siputkerucut] melumpuhkan mangsa seperti cacing, siput lain atau ikan” kata Professor Frank Mari dari Universitas Atlantik Florida “Bisa ini adalah campuran kompleks dari berbagai molekul (conotoxin atau bisa siput kerucut) berkhasiat obat”.

Ditemukan pertamakali oleh Professor Baldomero Olivera dan tim dariUniversitas Utah Amerika Serikat dari seekor siput Philipina Conus magus, prialt atau ziconotide disahkan oleh Badan Obat dan Makanan Amerika (FDA) pada tahun 2006 sebagai analgesik (pemati rasa). Prialt adalah obat pertama berasal dari siput kerucut dan dari laut, analgesik yang 1.000 kali lebih ampuh dan aman daripada morfin karena tanpa dampak samping seperti yang ditimbulkan morfin.

“Kami belum mengetahui dampak sampingnya,” kata Professor Craik dari Universitas Queensland Australia yang juga sedang mengembangkan analgesik baru dari siput kerucut. “Tampaknya protein yang kami temukan punya mekanisme pemati rasa berbeda dengan morfin, jadi kami piker dampak sampingnya pasti sangat kecil”.Selanjutnya kata Prof. Craik “Inilah salah satu keuntungan jenis obat ini”.

Penemuan analgesic dari siput laut ini amat penting karena menurut laporan Melnikova seorang pengamat obat internasional, “pasien hanya mendapat 20% dampak analgesic bahkan dari analgesik terbaik saat ini sekalipun. Ini pun belum termasuk berbagai dampak samping seperti ketagihan”. Lagipula, “analgesic seperti aspirin telah berusia hampir 200 tahun dan opioid (termasuk morfin) sudah lebih dari 2.000 tahun” kata Dokos Charalampos dan timnya dari Universitas Aristotle Yunani “sehingga berbagai praktisi kesehatan internasional meragukan kemanjuran obat-obat ini”.

Kisah berbeda justru terjadi pada uji klinis prialt. “Orang-orang yang tidak bisa berjalan karena kerusakan syaraf ke kaki” kata Professor Harvey dari Universitas Strathclyde “dapat berdansa setelah beberapa minggu menggunakan Prialt”.

Belum lama ini, siputlaut kembali “menyihir” dunia ilmu pengetahuan. Tim peneliti dari Utah Amerika menemukan hasil sangat mengejutkan yakni siput kerucut tidak menggunakan bisa untuk menangkap mangsanya, melainkan insulin. Ya, hormon pengatur kadar gula darah yang kekurangannya menyebabkan penyakit diabetes.

Ketika kelompok peneliti itu sedang mengumpulkan bisa yang dilepaskan oleh siput kerucut, mereka menemukan insulin. Awalnya mereka menduga itu pasti insulin hewan tidak bertulang belakangan (avertebrata) karena siput tergolong hewan avertebrata. Tapi mereka keliru karena insulin yang dihasilkan justru sama dengan insulin hewan bertulang belakang (vertebrata).

Ternyata siput laut memproduksi insulin bukan untuk dirinya tetapi untuk mangsanya, hewan vertebrata seperti ikan. Ketika para peneliti menyuntikan hormon insulin siput laut ke dalam akurium berisi ikan, ikan menjadi kurang aktif karena kadar gula darah yang menurun. Kelompok peneliti itu mengklaim “dengan memperlambat pergerakan ikan, siput kerucut punya kesempatan menangkap ikan-ikan perenang cepat”.

Manfaatnya? “Ini merupakan pendekatan potensial untuk pengobatan diabetes tipe-2 (jenis diabetes yang paling banyak diderita pasien) kata Professor Heinrich Terlau dari Institut Fisiologi Universitas Kiel Jerman. Apalagi “Aksi dari obat-obatan yang biasanya dipakai untuk mengobati diabetes tipe-2 mempengaruhi kadar gula darah” jelas Terlau. Ini bisa berakibat rendahnya gula darah atau hypoglycemia”. Apa yang baru dari senyawa ini [bisa siput kerucut] adalah bisa ini punya pengaruh amat spesifik .Itulah sebabnya, kemungkinan dampak samping seperti hypoglycemia sangat kecil” lanjut Terlau.

Khasiat obat magis dari siput laut seperti inilah yang menjadi incaran banyak ilmuwan dan perusahan farmasi dunia sehingga mereka sedang belomba untuk menguji potensi berbagai bisa dan hormone dari siput kerucut untuk mengobati epilespi, penyakit jantung, penyakit Alzheimer, Parkinson, kegilaan dan depresi.

Kabar baiknya ialah ada lebih dari 500 jenis spesies siput kerucut dan semuanya menggunakan racun untuk membunuh mengsanya, kata Professor Alan Harvey dari Universitas Strathclyde. “Pada akhirnya, tiap spesies menggunakan racun dari berbagai senyawa berbeda yang menunjukan kepada kita sedemikian banyak [obat-obatan] untuk dikembangkan dari siput kerucut.”

Sesungguhnya sebagai salah satu negera maritim terbesar di dunia Indonesia memiliki beragam jenis siput kerucut. Menurut Professor Farnis Boneka dari Universitas Sam Ratulangi yang pernah mengkaji siput kerucut di perairan Sulawes Utara, “Ada banyak jenis Conus [siput kerucut] dan mudah diperoleh, hanya di daerah pasut seperti di Perairan Bunaken, Selat Lembeh hingga Kepulaun Sangihe, Talaud dan Sitaro”.

Tapi ini tidak boleh membuat kita lengah apalagi jumawa karena belum lama ini, Persatuan Konservasi Alam Internasional melaporkan bahwa dari 632 spesies siput laut di seluruh dunia, sebagian besar terancam punah, suatu keadaan yang menuntut pentingnya pelestarian untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya laut seperti siput kerucut.

Penemuan bisa siput sebagai obat manjur untuk berbagai penyakit memang sangat paradoksial dengan reputasinya sebagai hewan laut berbisa dan mematikan tetapi bukankah kehidupan juga demikian? Setidaknya ini pendapat salah seorang paling bijaksana yang pernah hidup, Oscar Wilde. Dia pernah bilang Behind every exquisite thing that existed, there was something tragic.” “Di balik segala sesuatu yang indah-indah selalu terdapat sesuatu yang tragis”.

Dengan membalikan kalimat bijak Oscar Wilde itu, kita bisa menemukan dan mafum mengapa hewan mematikan seperti siput laut dapat menjadi sebuah berkat terselubung; sebagai sumber analgesik paling ampuh saat ini, kandidat kuat obat diabetes mellitus tipe-2 dan berbagai potensi medis yang belum trungkap. Itulah kekuatan sihir yang tidak dimiliki Harry Potter tetapi dipunyai oleh siput kerucut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun