Megathrust dan Kesiapsiagaan Kita
Isu gempa Megathrust kembali hangat di pemberitaan media beberapa waktu terakhir. Hal ini menjadi perhatian bagi publik terutama di Jakarta, Jawa Barat dan Banten  yang diperkirakan akan mengalami dampak yang luar biasa bila  gempa megathrust itu terjadi.
Gempa megathrust menurut beberapa sumber adalah gempa besar yang terjadi di zona subduksi di sepanjang batas lempeng konvergen destruktif atau pertemuan antar dua lempeng benua. Menurut data BMKG ada 13 titik zona subduksi di seluruh wilayah Indonesia yang terbentang dari ujung Sumatera hingga Papua.
Zona ini berpotensi bisa pecah dan menyebabkan terjadi gempa secara berulang dengan masa jeda ratusan tahun. Wilayah Jakarta dikelilingi 3 titik zona subduksi yang berpotensi gempa besar yaitu zona di selatan Jawa Barat, selatan selat Sunda dan sesar atau zona patahan yang berada di daratan yaitu sesar Baribis.
Sesar Baribis ini membentang sejauh 100 km dari barat pulau jawa ke arah timur mulai dari perbukitan Baribis Majalengka, Indramayu, Cirebon, Bekasi, Jakarta, Depok hingga Tangerang.
BMKG melalui website resminya menyatakan isu gempa megathrust ini tidak perlu dibesar-besarkan sehingga seolah-olah akan terjadi gempa bumi dahsyat dalam waktu dekat. Â Hingga hari ini tidak ada satupun teknologi yang mampu mengetahui kapan pastinya akan terjadi gempa bumi, namun sebagai bentuk kesiapsiagaan kita dalam menghadapi situasi darurat ketika terjadi gempa bumi perlu dilakukan tindakan yang terukur dan terarah serta berkesinambungan.
Sebagai tindak lanjutnya perlu dilakukan mitigasi bencana dalam berbagai bentuk kegiatan seperti memperbanyak literasi, melaksanakan simulasi evakuasi saat bencana terjadi.  Perlu dilakukan penyiapan  infra struktur bangunan dan lingkungan yang dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan harta benda seperti dengan mewajibkan pendirian  rumah dan gedung yang tahan gempa. Selain itu juga diperlukan menyiapkan skenario dan membiasakannya agar budaya di masyarakat  apa yang harus dilakukan dan bagaimana tindakannya jika terjadi kondisi terburuk akibat gempa megathrust ini.
Wilayah Jakarta menurut catatan BMKG pernah terjadi gempa besar pada tahun 1903 dengan kekuatan 7,9 SR yang berpusat di Selat Sunda Banten dan dirasakan getarannya hingga Jakarta. Fakta inilah yang menjadi kekhawatiran banyak pengamat bahwa potensi gempa besar disekitar jabodetabek akan berulang.
INDONESIA WILAYAH PALING RAWAN BENCANAÂ
Posisi wilayah Indonesia yang diapit oleh 3 lempeng benua yaitu lempeng pasifik, yang terletak diatas Papua, lempeng euroasia disebelah utara Indonesia dan lempeng indo Australia di selatan Jawa. Lempeng inilah  yang setiap saat mengalami pergerakan sehingga menyebabkan terjadinya gempa bumi.
BMKG mencatat aktivitas gempa signifikan berdasarkan magnitudonya dengan magnitudo di atas 5,0 pada tahun 2023 terjadi sebanyak 219 kali. Sementara gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 5,0 terjadi sebanyak 10.570 kali, dan gempa yang dirasakan guncangannya oleh masyarakat terjadi sebanyak 861 kali.
Wilayah  Indonesia juga dikelilingi oleh gunung berapi yang masih aktif. Gunung-gunung api ini berbaris mulai dari Aceh hingga Lampung, Banten hingga Banyuwangi, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Maluku dan Papua. Rangkaian gunung api ini juga menyebabkan gempa Vulkanik dan letusan gunung yang menyebabkan bencana.Â
Selain bencana gempa bumi tersebut diatas beragam bencana yang tidak kalah dahsyatnya terjadi di wilayah Indonesia seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, tsunami dan kebakaran hutan dan lahan. Menurut data BNPB pada tahun 2023 yang lalu terjadi sedikitnya 5.400 kali bencana dengan jumlah korban 275 jiwa meninggal dunia, 5.795 jiwa luka-luka dan sedikitnya 8 juta jiwa mengungsi. Selain korban jiwa bencana tersebut juga mengakibatkan korban harta benda , pemukiman penduduk dan fasilitas umum.
Dari sejumlah bencana tersebut, bencana kebakaran hutan menempati posisi tertinggi sebanyak 2.051 kali disusul bencana cuaca ekstrim sebanyak 1,261 dan bencana banjir dan tanah longsor. Bencana gempa bumi yang menimbulkan korban tercatat sebanyak 31 kali.
KESIAPSIAGAAN KITAÂ
Dengan kondisi wilayah Indonesia yang rawan terhadap bencana tersebut adalah menjadi kebutuhan saat ini suatu kondisi kesiapsiagaan seluruh komponen masyarakat untuk menghadapi bencana. Perlu adanya sosialisasi yang masif dan kontinu tentang pengenalan potensi bencana disetiap wilayah.
Pemerintah melalui BNPB bersama stake holder terkait bencana terus melakukan sosialisasi kesiapsiagaan masyarakat terutama terhadap mereka yang berada di daerah rawan bencana. Â Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana ini perlu terus dilakukan agar meminimalisir kemungkinan risiko bencana yang lebih besar.
Kesiapsiagaan menurut UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui  pengorganisasian  serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Banyak kegiatan yang dapat kita lakukan dalam rangka membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pertama, membangun kesadaran masyarakat melalui berbagai media seperti seminar dan diskusi dikalangan akademisi, menyebar flyer dan  brosur serta iklan edukasi tentang mitigasi bencana di media cetak dan media sosial untuk kalangan masyarakat luas.
Kedua,  melakukan kegiatan kesiapsiagaan di lingkungan dan komunitas terutama yang rentan dan berisiko tinggi terhadap dampak bencana, seperti di sekolah dan kampus-kampus, perkantoran serta tempat-tempat umum lainnya serta  pembentukan kesadaran masyarakat yang siap ketika menghadapi bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan simulasi evakuasi ketika gempa terjadi. Pada kegiatan simulasi ini dibuat kondisi seperti sebenarnya, seolah-olah terjadi keadaan darurat gempa bumi. Kemudian melakukan perlindungan diri dan mengevakuasi ketempat yang aman.
Untuk meningkatkan Kesiapsiagaan masyarakat khususnya di sekolah, kampus dan gedung perkantoran dalam menghadapi bencana gempa bumi dapat dibagi dalam tiga kondisi yaitu apa saja tindakan yang harus dilakukan saat sebelum atau pra bencana, saat terjadi bencana dan pasca bencana.
Ketika kondisi sebelum terjadi bencana gempa bumi, maka perlu memahami dan mengetahui  situasi disekitarnya. Apa saja potensi dampak bencana gempa  yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan reruntuhan kaca bagi yang berada di gedung atau di ruang kelas, kemungkinan kejatuhan plafon, kemungkinan pohon besar tumbang, tiang listrik roboh dan lain sebagainya. Ketika kita berada di dalam gedung minimal kita mengetahui pintu-pintu dan tangga darurat darurat serta titik kumpul untuk menyelamatkan diri ketika terjadi kondisi darurat.
Di gedung-gedung sekolah, kampus dan perkantoran lainnya wajib memasang tanda dan petunjuk arah evakuasi serta menentukan dimana titik kumpul ketika gempa terjadi. Dengan mengenal potensi bencana disekitar kita, kemungkinan terjadinya risiko korban jiwa dan materi bisa diminimalisir. Kita tahu kemana arah untuk menyelamatkan diri, tahu lokasi yang dapat membahayakan ketika bencana terjadi.
Saat terjadi gempa bumi bisa terjadi kondisi plafon dan pecahan kaca berjatuhan yang dapat mengancam jiwa, maka ketika itu terjadi kita dapat melakukan perlindungan diri terutama kepala dengan benda apa saja yang dapat dijangkau seperti berlindung dibawah meja, menutupi kepala dengan tas sekolah atau benda apa saja yang dapat digunakan untuk melindungi kepala.
Melaksanakan simulasi evakuasi ketika terjadi gempa bumi perlu terus dilakukan di sekolah, kampus maupun gedung-gedung lainnya. Hal ini  dalam rangka membiasakan dan membentuk sense of emergency para penghuninya. Minimal dalam waktu 6 bulan sekali dilakukan simulasi ini agar terbentuk kesiapsiagaan di lingkungan sekolah, kampus dan perkantoran.
Â
Sumber :
- https://www.bnpb.go.id/infografis
- https://www.bmkg.go.id/berita/?p=tentang-gempa-di-selat-sunda-dan-mentawai-siberut-yang-tinggal-menunggu-waktu&lang=ID&tag=megathrust
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI