Oleh: Walentina Waluyanti
Pemakaian nama Nusantara sebagai nama baru untuk ibu kota Indonesia, memang unik. Biasanya setelah nama suatu kota sudah eksis, barulah nama kota itu menginspirasi untuk dijadikan nama restoran, nama hotel, nama jalan.
Uniknya, ketika Nusantara belum eksis menjadi nama ibu kota, tapi jauh sebelumnya, sudah keburu banyak restoran dan hotel, juga nama jalan, pakai nama Nusantara.
Kata Nusantara memang sudah lama dikenal. Tetapi secara formal, sebelumnya tidak ada wilayah di Indonesia yang bernama Nusantara. Kata Nusantara sering digunakan untuk menyatakan Indonesia sebagai negara kepulauan.
Asal-usul nama Nusantara sudah banyak dibahas, secara etimologis berasal dari kitab Negarakertagama, rasanya tidak perlu lagi diulangi di sini.
Yang menjadi pertanyaan, apa sebetulnya alasan sehingga nama asli wilayah ibu kota tidak digunakan sebagai nama ibu kota? Apakah karena lokasi ibu kota Nusantara terletak di dua wilayah? Yaitu di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara?
Oleh karena terletak di dua wilayah, sehingga tidak praktis menggabungkan kedua nama itu menjadi nama wilayah?
Apapun nama yang dipilih, misalnya "Kutai" atau "Kutai Penajam", seyogianya identitas asli wilayah tersebut tetap dilekatkan. Nama wilayah tidak sekadar nama. Nama wilayah juga menyimpan jejak budaya, aspek historis, dan kearifan lokal di baliknya.
Tentu saja nama Nusantara juga menyimpan sejarah panjang di baliknya. Tetapi Nusantara bukanlah nama asli wilayah ibu kota baru.
Memang nama Nusantara sudah resmi ditetapkan sebagai nama ibu kota negara. Tetapi ini tidak berarti menutup kemungkinan untuk penggantian nama di kemudian hari.