Nama Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan, pernah diganti karena polemik. Pertama namanya Makassar. Kemudian diganti menjadi Ujung Pandang. Lalu kembali lagi ke nama aslinya, Makassar.
Inilah alasan mengapa melindungi nama asli wilayah itu penting:
Nama Asli Wilayah sebagai Dokumentasi Sejarah
Meskipun William Shakespeare mengatakan apalah arti sebuah nama, tapi nama asli wilayah memang sangat berarti. Nama wilayah suatu tempat, meskipun itu adalah kabupaten sekalipun, adalah dokumentasi sejarah yang seharusnya dilindungi.
Ketika mengunjungi situs sejarah, orang tidak diperbolehkan mencungkil tembok situs dengan alasan untuk kenang-kenangan. Keaslian situs sebagai dokumentasi sejarah sedapat mungkin dipertahankan.
Jika nama Kutai misalnya tetap dipertahankan, maka hanya dari satu nama itu saja, akan banyak mengungkap jejak budaya, peradaban, peristiwa historis setempat.Â
Nama asli yang merepresentasikan identitas setempat, akan menimbulkan keingintahuan untuk menyusuri jejak sejarah yang pernah ada di wilayah tersebut.
Justru ada alasan yang kuat untuk mempertahankan nama asli wilayah di ibu kota baru. Karena di wilayah Kalimantan inilah, bukti-bukti sejarah menunjukkan kerajaan tertua di Indonesia (terutama yang bercorak Hindu), terletak di Kalimantan. (Sumber: Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2008)
Nama Asli Wilayah sebagai Warisan BudayaÂ
Nama asli wilayah bisa mencerminkan keberadaan manusia dengan lingkungannya. Dengan demikian nama asli wilayah menunjukkan sifat-sifat dari budaya setempat.
Menurut antropolog Koentjaraningrat, di dalam kebudayaan bisa dijumpai gagasan, rasa, tindakan, dan karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Nama asli wilayah bisa menjadi titik awal untuk menelusuri kebudayaan setempat yang di dalamnya ada aspek-aspek yang disebutkan Koentjaraningrat di atas.